DOWNLOAD GRATIS EBOOK KRISTOLOGI

Kamis, 21 Januari 2010
Banyak dari teman-teman yang mengirim email kepada kota ilmu. Mereka meminta agar di sediakan link untuk download ebook kristologi. Untuk itu kami membuat link berikut untuk memenuhi permintaan member kami. Silahkan download gratis ebook kami dan semoga dapat mengantarkan kita kepada kehidupan beragama yang ilmiah.

1. 10 Alasan Pengikut Yesus yang Setia Harus Masuk Islam,download
2. 101 Bukti Yesus Bukan Tuhan, download
3. Ajaran kristen "Perjalanan dari Kenyataan ke khayalan",download
4. Alkitab di Dunia Modern, download
5. Benarkah Yesus Tuhan, download
6. Misteri Muhammad dalam Perjanjian Lama/Baru,download
7. Debat Kairo "Islam Vs Kristen,download
8. Dialog Islam kristen,download
9. Injil Didache,download
10.Mempertanyakan kenaikan & kebangkitan Isa Al-masih,download
11.Kebohongan kristen,download
12.Kritik Bibel,download
13.Mana yang porno, Alkitab atau Al-Qur'an?,download
14.Mana yang bisa dipercaya, Bibel atau Al-Qur'an?,download
15.Metodologi Bibel dalam studi Al-Qur'an,download
16.Misteri naskah laut mati,download
17.Muhammad & kristus,download
18.Muhammad dalam kitab suci dunia,download
19.Mustahil kristen bisa menjawab,download
20.Poligami dihujat,download
21.Sejarah dogma kristologi,download
22.Sejarah hidup Muhammad,download
23.Sejarah Injil,download
24.Siapa sebenarnya juru selamat dunia?,download
25.Silsilah Muhammad Vs Yesus,download
26.Sosok Isa dalam sorotan ulama,download
27.The coiche Islam & Cristianity,download
28.The passions of Jesus,download
29.Titik temu Islam & kristen,download
30.Dialog seputar trinitas,download
31.Yesus wafat di kashmir,download
32.Yesus & Maria dalam pandangan Islam & kristen,download
33.Meluruskan para pemurtad,download
34.Membongkar dusta pendeta Rudi Muhammad Nurdin,download

YESUS TIDAK WAFAT DI KAYU SALIB

Sabtu, 02 Januari 2010
Oleh : A. Faber Kaiser

Di dalam Kitab Ibrani 5:7, Yesus menunjukkan: “Dalam Hidupnya sebagai manusia, …. Ia memanjatkan do’a dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, Yang sanggup menyelamatkannya dari maut, dan karena kesalehannya, ia telah didengarkan”. Ini dapat menuntaskan perkataan, bahwa Yesus tidak wafat di kayu salib; tetapi untuk memperkuat bukti, kita harus melihat sumber lainnya.

Pertamakali harus kita renungkan: Yesus tidak lama tergantung di kayu salib, beliau dipaku dan diturunkan pada hari itu juga setelah dilaksanakannya hukuman tersebut, sebagaimana diterangkan di atas, bahwa si tersalib harus segera diturunkan sebelum Hari Sabath tiba. Sekarang, penyaliban sudah dipastikan bukanlah suatu penyebab kematian yang cepat, tetapi hal itu adalah suatu penyiksaan yang berkepanjangan sampai berhari-hari. Kematian semacam itu bisa terjadi akibat kelaparan, haus, cuaca buruk atau diserang burung-burung pemakan bangkai atau juga diterkam oleh binatang-binatang buas lainnya. Kadang-kadang kematian semacam itu dapat dipercepat dengan mematahkan kaki-kaki si terhukum; dan di waktu-waktu yang lain, pelaksanaan hukuman itu hanya menggantungkan si terhukum di atas kayu salib lalu dianggap selesai dan kemudian si korban itu segera diturunkan kembali dan begitulah dia diperbolehkan hidup lagi. Apabila luka-luka akibat penyaliban itu dirawat dengan seksama, maka luka-luka tersebut bisa sembuh seperti sedia kala.

Harus diingat! Yesus disalib bersama dua orang penjahat, hal ini dapat kita baca di dalam Injil Lukas 23:30-40, dimana mereka sama-sama menderita seperti Yesus:

“Salah seorang penjahat yang disalib itu menghujat dia, katanya: Jika engkau Kristus, selamatkanlah dirimu dan kami.

“Tetapi yang seorang lagi menegur dia, katanya: Tidak takutkah engkau kepada Tuhan, sedangkan engkau mendapat hukuman yang sama?

Seperti telah dijelaskan, Yesus dan para pencuri itu telah diturunkan dari kayu salib pada waktu yang sama dan pada saat itu pula para pencuri itu masih hidup. Jadi, mereka pun sama-sama mengalami penderitaan seperti halnya yang dialami Yesus; namun ada yang tidak sama karena Yesus nampak sudah wafat, terutama tidak lama setelah beliau “berteriak dengan keras sekali, katanya: “Eli! Eli! Lama sabakhtani! Artinya: “Tuhan! Tuhan! Mengapa Kau tinggalkan daku!”

Hal lain yang harus diingat bahwa, BIbel memberitahukan kepada kita, ketika Yusuf Arimathea, mengajukan permohonan kepada Pilatus untuk meminta jasad Yesus, Pilatus, orang yang sangat berpengalaman, tahu bahwa kematian akibat penyaliban pasti memakan waktu yang cukup lama. “ia merasa heran kalau Yesus ketika itu sudah wafat” (Markus 15:44). Lagi pula, sewaktu seorang prajurit Romawi menombak lambung Yesus dengan lembing, untuk mengetahui apakah beliau sudah wafat atau belum, “tiba-tiba mengalirlah darah dan air dari luka itu” (Yahya 19:34). Jika Yesus sudah wafat, maka hanya darah kentallah yang pasti keluar dari luka itu. Hal ini erat sekali hubungannya dengan suatu hal yang sangat menarik, yaitu penemuan-penemuan mutakhir tentang Kain Kafan yang ada di Turin yang terkenal itu, dimana tubuh Yesus dibungkus atau dikafani dengan kain itu ketika beliau dibawa ke pemakaman yang berbentuk goa.

YESUS MASIH HIDUP KETIKA BELIAU MENINGGALKAN MAKAM

Oleh : A. Faber Kaiser

Setelah Yesus diturunkan dari kayu salib, sederetan peristiwa menjadi petunjuk, bahwa beliau menerima perawatan dan meninggalkan makam dalam keadaan hidup. Kita telah mencatat mengenai kesimpatian Pilatus terhadap Yesus, dan Yesus diberikan bukan kepada musuhnya tetapi kepada sahabatnya. Menurut Yahya 19:38 mengatakan:

“Kemudian dari pada itu Yusuf, orang Arimatea (seorang murid Yesus juga, tetapi bersembunyi, oleh sebab takutnya akan orang Yahudi), minta izin kepada Pilatus akan menurunkan badan Yesus; maka Pilatus pun mengizinkan. Lalu pergilah ia dan membawa tubuh Yesus.

“Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira limapuluh kati beratnya”.

Bertentangan dengan adat-istiadat bangsa Yahudi, Yesus tidak dibaringkan dan dikubur di tanah, tetapi dibaringkan di sebuah makam yang luas yang pintu masuknya ditutup sebuah batu besar, dan di dalam ruangannya, udara cukup yang memungkinkan bisa bernafas leluasa. Agar bisa meninggalkan makam itu, Yesus menggeser pintu-batu yang menutup makam itu ke samping. Ini menunjukkan bahwa beliau meninggalkan tempat itu dengan badan wadagnya dan bukan ruhnya saja, karena ruh itu tidak perlu menggeser atau memindahkan benda wadag. Begitu pula, fakta yang telah kita bicarakan, bahwa beliau berjalan terus ke Galilea mendahului para muridnya berupa perjalanan seorang manusia. Di bawah ini adalah pernyataan yang dikemukakan oleh Injil Markus 15:46-47, 16:1-7:

“Maka Yusuf Arimatea pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan jasad Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.

“Maria Magdalena dan Maria ibu Yesus melihat di mana Yesus dibaringkan. “Setelah lewat hari Sabath, Maria Magdalena dan Maria ibu Yesus serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.

“Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur.

“Mereka berkata seorang kepada yang lain: Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?

“Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling.

“Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk disebelah kanan. Mereka pun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka:

“Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan dia.

“Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridnya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat dia, seperti yang sudah dikatakannya kepada kamu”.

Keterangan yang menyatakan bahwa tiga perempuan masuk ke dalam makam, ini menunjukkan, betapa luas makam itu.

Kembali kepada kisah dari Yahya yang telah dikutip di muka, ini harus dicatat, bahwa hal itu berisi suatu pernyataan yaitu: Nicodemus bisa jadi seorang yang merawat luka-luka Yesus, dan dia merawat luka-luka tersebut dengan salep khusus. Sejumlah pengobatan bangsa Timur menunjukkan pada jenis salep ini yang disebut “Marham-i-Isa” (“Salep Yesus”) atau “Marham-i-Rasul” (Salep Nabi”). Yang paling termasyhur dari semua ini adalah “Qanun” Shaikh-ul-Rais Bu Ali Sina (yang di Barat pada umumnya dikenal sebagai “Canon of Avicenna”). Di antara karyakarya lainnya adalah “Quarabadin-i-Rumi, yang telah disusun sekitar waktu Yesus masih ada, dan belakangan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Kesimpulan, ini penting sekali untuk dicatat, bahwa sebagaimana Mircea Eliade di dalam bukunya “Le Mythe du retour eternel” (Paris, 1951) mengemukakan, dua jenis mantera rakyat yang berlaku di Inggris pada abad enambelas dan digunakan ketika pohon sage1 dan pohon verbena2 hampir dipanen, karena jenis tumbuhtumbuhan ini memiliki keistimewaan tersendiri yang pertamakali tumbuh di Calvary (daerah sekitar Yerusalem, penj.) dan pernah menolong menyembuhkan luka-luka Yesus. Jadi inilah jenis tumbuh-tumbuhan yang dimaksudkan dan dapat menyembuhkan dengan efektif orang-orang pada zaman abad tersebut. Manteramatera itu mungkin dimaksudkan untuk melepaskan kekuatan-kekuatan daya sembuh tumbuh-tumbuhan itu dengan memberikan pengakuan yang sebenarnya kepada nenek moyang mereka.

Catatan :
1. Sage adalah sejenis tumbuhan rerumputan yang berdaun hijau keabu-abuan dan suram warnanya, digunakan untuk mengharumkan makanan. (Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English).
2. Verbena adalah sejenis tumbuhan rerumputan yang terdapat di banyak taman-taman, mempunyai beraneka warna bunga. (Kamus, idem, -penerjemah).

YESUS WAFAT DI KASHMIR

Oleh : A. Faber Kaiser

Al-Shaikh-us-Sadiq Abi Ja’far Muhammad ibnu Ali ibnu Hasain ibnu Musa ibnu Baibuyah al-Qummi, seorang penulis Timur dan ahli sejarah yang termasyhur, begitu pula Shakh Al-Said-us-Sadiq, yang meninggal dunia di Khurasan pada tahun 962 Masehi, menghubungkan perjalanan Yuz Asaf di dalam bukunya yang termasyhur “Kama-lu-Din wa Tama-un-Ni’mat fi Asbat-il-Ghaibat wa Kasful- Khairat” juga yang disebut “Ikmaluddin”. Buku ini, yang dinilai sangat berharga oleh para orientalis Barat, pertama kali diterbitkan tahun 1882 oleh Aga Mir Baqar, pada Sayyid-us-Samad Press di Iran, dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Professor Muller dari Universitas Heidelberg. Penulis buku ini berkelana ke mana-mana untuk memperbanyak dan melengkapi informasi buku ini, yang dengan teliti sekali sesuai kenyataan dan menyebutkan dua perkara perjalanan Yesus pertama ke Timur (ke Ceylon dan tempat-tempat lain) dan yang kedua, berakhir di Kashmir. Buku tersebut juga sedikit memberi penjelasan mengenai ajaran-ajaran Yesus selama dalam perjalanannya ini dan mengemukakan ajaran yang serupa seperti apa yang ada di dalam Injil yang empat.

Untuk melengkapi semua ini, Shaikh al-Sa’id-us-Sadiq mengutarakan riwayat kuno mengenai wafatnya Yesus. Menurut buku ini (lihat halaman 357-358), Yesus mengutus muridnya Ba’bat (Thomas) ketika beliau sudah dekat pada ajalnya, dan mengucapkan wasiyat terakhirnya, bahwa tugasnya harus diteruskan dan makam harus dibangun di atasnya dengan secermat mungkin apabila beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Thomas melaksanakan apa yang dimintanya. Yesus dikebumikan dengan kakinya membujur ke Barat dan kepalanya ke Timur. Begitu juga, Nabi Muhammad bersabda, bahwa Tuhan pasti menjaga ruhnya di tempat di mana beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Oleh karenanya, mengapa beliau dimakamkan di tempat tinggal yang kecil, di tempat isterinya Siti ‘Aisyah. (Lihat Mumtaz Ahmad Faruqui, The Crumbling of the Cross, hal. 70).

Makam Yesus di Kashmir
Makam yang diduga telah dibangun oleh Thomas di atas jasad Yesus itu berlokasi di distrik Khanyar, di pusat ibu kota Kashmir, Srinagar. Di jalan sebelah makam itu, terpampang sebuah papan-nama, dengan tulisan putih menonjol yang sudah tua: “Rozabal”, yakni kependekan dari “Rauza Bal”. “Rauza” adalah kata-kata yang berarti “Makam Nabi”, sebagaimana berlainan dengan Wali itu (yang disebut “Ziarat”). Bangunan itu persegi empat dan mempunyai satu ruangan mungil yang terpadu padanya. Di belakang bangunan itu terdapat pemakaman kaum Muslimin, dimana makam-makam tersebut, sesuai dengan kebiasaan kaum Muslimin, membujur ke Utara-Selatan.

Kalau berjalan terus masuk ke Rozabal kemudian masuk ke dalam ruangan (karena tempat itu disucikan oleh orang-orang Hindu dan Muslim, maka orang harus membuka alas kaki) orang pertamakali akan memasuki serambi. Di sekeliling ini ada kamar dalam, yang bila orang memasukinya harus melalui sebelah kiri dan sedikit membuka papan kayu yang ditulis (sebagai pengganti papan yang asli yang telah hilang), judul tulisan itu tertera: “Ziarat Yuza Asaf Khanyar”. “Makam” (ini menarik hati bahwa kata-kata itu di sini digunakan kata “ziarat”, sebagaimana telah kita lihat di muka, yakni yang berkenaan dengan orang-orang suci) Yuz Asaf, Khanyar”. Sedangkan sisa tulisan kaligrafi lainnya menunjukkan, bahwa Yuz Asaf sampai di Lembah Kashmir beberapa abad yang telah silam dan mempersembahkan kehidupan untuk mengajarkan kebenaran. Papan yang ada saat ini adalah persembahan Departemen Archeology (Kepurbakalaan) dari pemerintah Kashmir.

Di atas lantai serambi dalam terdapat dua batu maesan (batu kubur), keduanya ditutup dengan rangka-rangka kayu berukir. Salah satu batu yang terbesar adalah makam Yesus dan terletak agak ke muka dari serambi itu, sedangkan yang lebih kecil terletak dekat pintu masuk, ialah seorang Wali Muslim dari abad kelimabelas, Sayyid Nasiruddin. Ketaatannya kepada Yesus tiada terhingga, dan menurut kehendaknya supaya dimakamkan di dekat makam Yesus.

Dua batu maesan tersebut membujur ke Utara-Selatan, menurut kebiasaan kaum Muslimin, tetapi makam Yesus yang sebenarnya, yang terletak di bawah tanah, membujur ke Timur-Barat, sesuai dengan cara bangsa Yahudi. Waktu dahulu ruangan makam di bawah tanah tersebut dapat dicapai dengan menapaki satu tangga dari jalan sebelah barat bangunan, tetapi jalan masuk itu sekarang ditutup kecuali satu celah kecil.

Di lantai sudut sebelah timur-laut dari serambi utama itu diletakkan satu balok batu yang biasa digunakan untuk tempat lilin. Oleh sebab itu ia selalu tertutup oleh cairan lilin, tetapi ketika pada suatu hari, Professor Hassnain mulai menguliti cairan lilin tersebut, beliau mendapati patung salib yang mengeras, kemudian satu tasbih, dan setelah membersihkan permukaan batu tersebut lebih sempurna lagi, didapati sesuatu yang membekas dari telapak kaki yang nampak bekas-bekas luka penyaliban.

Sewaktu kami mengunjungi makam Yesus itu, kami dapat membuktikan, bahwa “cetakan telapak kaki” (footprints) tersebut tiada lain adalah ukiran pahat yang dikerjakan oleh seseorang zaman dahulu, yakni seorang ahli seni pahat yang tak dikenal. Demikianlah faktanya, bahwa ukiran pahat yang menggambarkan telapak kaki serta menonjolkan luka-luka penyaliban itu menunjukkan, bahwa siapa saja yang menyaksikan hal itu akan tahu bahwa Yuza Asaf dan Yesus orangnya itu-itu juga, dan ini menjadi saksi bukti.

Selama kunjungan kami ke Rozabal, kami selalu ditemani oleh seorang penjaga (kuncen), yang bertugas menjadi juru kunci. Berikut ini wawancara yang kami dapati bersamanya sewaktu kunjungan itu. (T = tanya, dan J = jawab):

T : Kenapa anda menjadi penjaga Rozabal?

J : Karena tradisi keluarga. Ayah saya, dan kakek saya dan ayah kakek saya..

T : Tapi kan anda bukan keluarga Basharat Saleem?

J : Ya, saya seorang keluarga jauh dari Basharat Saleem. (Saya harus banyak diam mengenai hal ini, karena Basharat Saleem bersikeras mengelak terhadap soal ini. Beliau hanya mengatakan bahwa penjaga makam itu semata-mata hanya seorang pegawai saja).

T : Apakah anda yakin bahwa makam ini makam Yesus?

J : Ini makamnya Yuza Asaf.

T : Dapatkah anda memberitahukan kepada saya, makam siapakah yang kedua dan lebih kecil itu?

J : Yuza Asaf seorang yang lebih mulia, maka baginya tidak cukup hanya diberikan satu maesan (batu kubur): beliau memiliki dua. (Orang lain di Srinagar mencoba meyakinkan saya mengenai batu kubur yang kedua itu, bahwa dia adalah seorang utusan dari Mesir yang dikirim ke Kashmir di zaman dahulu, kata mereka. Kedua versi itu salah, jawaban-jawaban si penjaga makam itu adalah ciri khas orang yang amat sederhana, yang hanya bertanggungjawab langsung memelihara bangunan itu, yang benar-benar tidak tahu apa-apa perihal tempat yang amat bersejarah itu).

T : Apa agama anda?

J : Saya Muslim.

T : Oleh agama-agama apa saja bangunan ini disucikan?

J. Bagi orang-orang Muslim, Kristen, Yahudi dan Hindu. Katanya, bahwa sejak zaman dahulu kala banyak sekali orang dari berbagai agama telah datang untuk menyampaikan rasa hormat ke tempat ini. Tandatangantandatangan di buku tamu para pengunjung Rozabal ini dapat menjadi saksi baginya.

T : Dapatkah anda mengingat-ingat, siapa sajakah orang penting yang pernah berziarah ke tempat ini?

J : Banyak sekali orang terpelajar dan Professor sampai ke sini, tetapi bagi saya khususnya, orang-orang penting yang pernah menziarahi Rozabal ini adalah paman kami, Perdana Menteri Indira Ghandi. Banyak juga para bintang film sampai ke sini.

T : Apakah anda ingat, adakah beberapa pendeta Kristen yang sampai ke sini?

J : Mungkin sekali telah banyak yang datang, karena di sini banyak sekali berbagai sekolah Kristen, tetapi saya tidak ingat orang-orang itu.

Juru bahasa selama kunjungan ini adalah putera Professor Hassnain, Mr. Fida, yang sangat banyak membantu kami selama kami tinggal di Kashmir.
Kesimpulannya, patut dicatat, bahwa orang-orang dari Kashmir yang berkunjung ke makam tersebut dan meninggalkan sesajen di sana, mereka tahu, bahwa itu adalah makamnya Hazrat Yuz Asaf atau Nabi Sahib (Sahib adalah bahasa Urdu yang artinya Bapak atau Tuan.- Penj.), Shahzada Nabi (“Pangeran Nabi”) atau Isa Sahib (yakni Nabi ‘Isa atau Yesus).

MUSA DIMAKAMKAN DI KASHMIR

Oleh : A. Faber Kaiser

“Dan dikuburkannyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburannya sampai hari ini” (Ulangan 34:6).
“Beritahukanlah aku, bukankah jasad Musa dibaringkan di suatu tempat yang jauh di Timur?” (St. John Chrysostom, Homily 25, pada Ibrani 3).
Menurut pernyatan Kitab Ulangan, Musa, yang memimpin bangsa Israel dari Mesir, tidak diizinkan untuk memasuki Negeri yang Dijanjikan:
“Pada hari itu juga Tuhan berfirman kepada Musa: “Naiklah ke atas pegunungan Abarim, ke atas gunung Nebo, yang di tanah Moab, di tentangan Yerikho, dan pandanglah tanah Kanaan yang Kuberikan kepada orang Israel menjadi miliknya, kemudian engkau akan mati di atas gunung yang akan kau naiki itu, supaya engkau dikumpulkan kepada kaum leluhurmu, sama seperti Harun, kakakmu, sudah meninggal di gunung Hor dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya – oleh sebab kamu telah berubah setia terhadap Aku di tengah-tengah orang Israel, dekat mata air Meriba di Kadesy di padang gurun Zin, dan oleh sebab kamu tidak menghormati kekudusanKu di tengah-tengah orang Israel. Engkau boleh melihat negeri itu terbentang di depanmu, tetapi tidak boleh masuk ke sana, ke negeri yang Kuberikan kepada orang Israel”. (Ulangan 32:48-52).
Para sarjana Bibel tidak tetap menentukan beberapa tempat yang berhubungan dengan kematian Musa; Peak, di dalam bukunya “Commentary on the Bible”, menyatakan dengan pasti, bahwa mereka tidak tahu. Sungguh menarik hati, nama-nama yang cocok muncul di Kashmir. Di sana, sebagaimana akan kita lihat, ada “Makam Musa”; dan nama-nama tempat di sana menunjukkan sangat mirip dengan salah satu yang diterangkan di dalam Bebel.

“Bethpeor” (Ulangan 4:46; 34:6) artinya “rumah (tempat) terbuka”(Lihat Cruden’s Concordance). Sungai Jhelum, yang dinamakan Behat di dalam bahasa Persi dan Venath di dalam bahasa Kashmir, mengalir dari Danau Wular dekat Bandipur atau Bandipoor, yang akhirnya dikenal sebagai Behatpoor (“Rajatarangini” VIII).

“Heshbon” (ulangan 4:46) telah termashyur karena kolam-kolam ikannya (nyanyian Sulaiman 7:4). Di kashmir ada sebuah kota kecil bernama Hashaba (Hazbal), yang sangat termasyhur karena danau-danaunya yang kaya dengan ikannya, dan terletak kurang lebih duabelas mil sebelah timur-laut Bandipur.

“Pisgah” (Ulangan 4:49) disebutkan karena sumber mata airnya. Kota Pisgah atau Pishnag kurang lebih satu mil ke arah timur-laut dari Aham Sharif, satu kota kecil di kaki gunung Niltoop atau Nebo. Airnya termasyhur karena mengandung obat yang berkhasiat.

Dataran “Moab” pasti ada hubungannya dengan dataran “Movu”, kurang lebih empat mil ke arah timur laut dari gunung Nebo.

Gunung “Nebo” dan gunung “Abarim” (Ulangan 32:49) diperkirakan satu dan sama, tetapi pasti (lihat Dummelow dalam bukunya “Commentary on the Holy Bible” , hal. 115) gunung Nebo itu yang sebenarnya satu puncak dengan gunung Abarim. Di Kashmir ada gunung Niltoop (Baal Nebu) kurang lebih delapan mil sebelah timur-laut Bandipur. Newall, di dalam bukunya “The Highland of India”, vol. 2 menyebut-nyebut Bukit Naboo. Tidak berapa jauh dari gunung Ablu maupun dari gunung Neltoop ada sebuah panorama yang mentakjubkan di atas Lembah Kashmir yang dapat dinikmati keindahannya.

Perincian terakhir ini begitu penting, sebagaimana dari Abaria atau Nebo, Musa telah melihat Tanah Yang Dijanjikan – “suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya”, “negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah” dan “mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit” (Ulangan 11:9, 11). Di Palestina sebenarnya ada gunung Abarim, tetapi pemandangan yang benar-benar mempunyai panorama yang luas dan tanah yang subur, dari gunung Ablu itulah sebenarnya.

Mohammad Yasin, penulis buku “Misteries of Kashmir” yang mempunyai sub-judul “Kashmir: Tanah Yang Dijanjikan”, mengatakan, bahwa dari Palestina ke arah timur, di sana tidak ada negeri yang banyak sumber mata air dan sungaisungainya, demikian pula berlimpah dengan buah dan bunga-bunganya, atau demikian indah padang rumput serta lembah hijaunya seperti di Kashmir, yang tepat sekali dia terangkan dengan sebutan “Jannat-to-Duniya” (Sorga Dunia) dan “Bagh-i- Jannat” (“Taman Sorga”).

Makam Nabi Musa

Ceritera kuno bangsa Kashmir, baik berupa tulisan maupun lisan menguatkan, bahwa Musa datang ke Kashmir dan dimakamkan di sana. Di dalam “Hashmat-i-Kashmir”, oleh Abdul-Qadir, halaman 7, kami baca, bahwa “Musa tiba di Kashmir dan orang-orang mendengarkan khutbahnya. Sebagian ada yang beriman kepadanya dan sebagian lagi tidak.Dia wafat dan dimakamkan di sana. Orang-orang Kashmir menamakan makam itu sebagai “Tempat Suci Nabi Ahli Kitab”.
Makam yang ditunjukkan di sini adalah satu makam yang terletak di puncak bukit Niltoop, yang dikatakan telah dihormati sejak 3.500 tahun yang silam. Dari sana dapat dilihat tempat-tempat yang telah dibicarakan di berbagai bab di muka, dan di dekat tempat itu ada beberapa tempat yang dikenal sebagai “Muqam-i-Musa”: “Tempat Musa”. “Musa” ialah bahasa Arab yang bahasa Inggrisnya Moses.

Nabi Muhammad bersabda, bahwa ketika dia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, dia berdo’a kepada Tuhan agar mengizinkannya untuk melihat Negeri Yang Dijanjikan. Do’anya dikabulkan. Abu Hurairah menerangkan kepada kita (Bukhari, vol. 2), bahwa Nabi Muhammad lebih lanjut bersabda: “Musa wafat di sana. Saya katakan di sana, saya dapat nyatakan makamnya dekat jalan kecil yang mendaki di sebuah bukit yang amat tinggi”. Makam Musa yang disebutkan itu terletak di bukit Niltoop, kurang lebih tigapuluh mil sebelah barat-laut Srinagar, persis di tempat yang disebutkan itu.
Pendakian ke makam itu dari Aham Sharif memakan waktu kurang-lebih dua jam. Ini adalah pendakian yang menyiksa, karena harus melalui lembah-lembah curam pada waktu mulai mendakinya, dan jalan-jalan tangganya sangat licin. Di sana tak ada petunjuk jalan, maka seseorang harus berhati-hati sekali jangan sampai tergelincir.
Di dekat makam itu, hampir di puncak gunung, di sana ada sedikit masyarakat bangsa Yahudi. Rakyat yang tinggal di sana benar-benar terisolasi dari penduduk daerah lain, dan merekalah yang bertanggungjawab merawat makam pemimpin nenek moyang mereka itu, yakni Musa. Ketika itu penjaga makam tersebut adalah seorang Wali Reshi.
Tidak jauh dari jalan kecil utama itu dan dekat kampung itulah letaknya lokasi makam. Tembok rendah mengelilingi sekitarnya, dan pintu masuknya berupa pintu gerbang kayu. Di pintu gerbang ini terpampang ukiran nama-nama penjaga makam berturut-turut, yang dikatakan oleh Wali Reshi, itu telah turun-temurun dari keluarganya sejak 900 tahun yang silam. Dia juga memberitahukan kepada kami, bahwa di sana ada empatpuluh-lima keluarga di kampung itu, dan mereka tidak akur dengan orang-orang Aham Sharif karena merasa takut bahwa mereka akan menghancurkan kelestarian daerah itu, dan mereka tidak mau makam itu disebar luaskan beritanya.

400 tahun yang silam, Hazrat Makhdoom Shaikh Hamza dari Kashmir, yang pernah berdo’a selama empatpuluh hari di makam, di sana dia telah menanam dua pohon, yang satu bersebelahan dengan makam itu. Kedua pohon itu sekarang sudah sungguh besar sekali, dan menjadikan makam itu memiliki kesan tersendiri (terasa angker). Makam itu membujur ke arah timur-barat, sesuai dengan kebiasaan bangsa Yahudi; tetapi di sekitar makam itu ada tiga makam lainnya, semuanya membujur ke arah utara-selatan, menurut kebiasaan Muslim. Itu adalah makamnya Sang Bibi, seorang pertapa pengikut Shaikh Noor-ud-Din Reshi, dan Nakraez Reshi serta Navroz Reshi, semuanya pengikut Sang Bibi.

Literatur bangsa Kashmir berisi sejumlah referensi kehadiran Musa di Kashmir. Di dalam buku “Tarikh-i-‘Azami” oleh Khwaja Muhammad Azam, kami baca: “Sang Bibi juga termasyhur sebagai pertapa dan sangat luar biasa menjalani meditasi dan sembahyang. Di dekat makamnya, di sana ada satu tempat yang dikenal sebagai makam Musa, Nabiyullah, dan mereka yang tahu akan hal itu meyakinkan kami, bahwa tempat itu adalah suatu sumber yang banyak sekali karunianya”. Buku “Guldata-i-Kashmir” (oleh Pandit Har Gopal), mengatakan: “Orang-orang Muslim menyebut tempat ini (Kashmir) “Sorga yang tercipta di atas bumi” dan “Taman Sulaiman”. Banyak sekali tempat suci di negeri ini. Mereka mengatakan, bahwa Hazrat Sulaiman datang ke sini, Musa juga datang ke sini dan wafat di negeri ini”. Referensi yang serupa juga terdapat di dalam “Wajee-ut-Tawarikh” oleh Khaniyari (Vol. 1, halaman 28) dan di dalam “Tarikh-i-Hasan” oleh Pirzada Ghulam Hasan (Vol. 1).

Lebih dari itu, sejumlah pengembara dan penulis Eropa menyebutkan kisah kuno yang memata-rantaikan Musa dengan Kashmir. Di antara yang paling terkenal adalah Francis Bernier dalam bukunya “Travel in India”, halaman 174 dan George Moore di dalam bukunya “The Lost Tribes” halaman 137.

SIAPA SEBENARNYA JURU SELAMAT DUNIA?

Oleh : Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

Bangsa Yahudi/Israel mempunyai keyakinan bahwa Juru Selamat Dunia adalah keturunan Ibrahim dan juga keturunan Daud, hal ini berarti Juru Selamat Dunia adalah keturunan Ibrahim dari garis Ishak bukan dari garis Ismail. Tetapi ternyata keyakinan itu sendiri disangkal oleh Yesus sendiri.
Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kata-Nya: "Apakah pendapatmu tentang Mesias Juru Selamat)?" "Anak siapakah Dia?" Kata mereka kepada-Nya: "Anak Daud." Kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuhan-nya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuhan-ku: duduklah di sebelah kanan-Ku sampai musuh-musuh-Mu kutaruh dibawah kaki-Mu. Jadi jika Daud menyebut Dia Tuhannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Tidak ada seorangpun yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya" (Mateus 22: 41-46).
Untuk mengklaim bahwa Juru Selamat Dunia adalah Bangsa Yahudi/Israel maka Mateus tidak segan-segan untuk memaksakan silsilah Yesus menjadi sedemikian rupa, sehingga Yesus menjadi "Anak Ibrahim, Anak Daud." Tetapi jika ada bukti bahwa Yesus memang benar Anak Daud, namun kenyataan ini tidak bisa membuktikan bahwa Dia adalah Mesias, karena terhadap itu Yesus bahkan telah membantahnya.
Yesus memang Mesias tetapi hanya untuk Bangsa Israel saja. Pada suatu hari Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya:
"Menurut kamu, siapakah Aku?" Jawab Petrus: "Messias dari Allah." Dalam sejarah umat manusia telah beberapa saja Tuhan mengirim Nabi kepada Bangsa Israel, tetapi ternyata seperti Yesus sering-kali ucapkan bahwa Bangsa Israel adalah bangsa yang tegar hati; maka untuk itulah kiranya Tuhan mengirim Nabi Bangsa Israel, Nabi yang terbesar dari nabi-nabi sebelumnya agar bangsa Israel menjadi selamat. Jadi Yesus memang Juru Selamat Bangsa Israel. Kita tidak boleh menyangkal kenyataan ini, sebab setiap orang yang mengakui Yesus di depan manusia akan diakui juga oleh Yesus di hadapan Tuhan, dan barang siapa yang menyangkal Yesus di hadapan manusia akan disangkal Yesus dihadapan Allah. (Mateus 10: 32-33). Alhamdulillah, Umat Islam bukan termasuk Umat yang menyangkal Yesus Umat Islam mengakui bahwa beliau adalah Utusan Allah, Nabi Besar dari deretan Nabi-Nabi sebelumnya.
Rupanya karena Bangsa lsrael memang merupakan bangsa yang tegar hati sampai-sampai Yesus bersabda: "Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan Allah" (Mateus 21: 43)
Bangsa apa yang dimaksud oleh Yesus? Janji Tuhan akan tetap terlaksana. Demikian juga janji Tuhan kepada Ibrahim. Ibrahim mempunyai dua orang anak, yaitu Ishak dan Ismail. Keduanya menurunkan bangsa yang besar, ialah Bangsa Israel dan Bangsa Arab. Jadi jika Kerajaan diambil dari bangsa Israel, maka akan lebih mudah masuk pada akal jika kemudian diserahkan kepada Bangsa Arab. Jadi akan masuk diakal jikBa Juru Selamat Dunia akan lahir dari Bangsa Arab, yakni keturunan Ibrahim dari garis Ismail. Apakah hal ini mungkin?
Dalam Mateus 21: 42 dan juga Mazmur 118: 22-23, kita membaca: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru; hal itu terjadi dari fihak Tuhan suatu perbuatan ajaib di mata Kita. Apakah yang dimaksud batu yang dibuang itu? Dan apakah yang dimaksud dengan batu penjuru? Atas anjuran dari Sarah: "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya!" (Kejadian 21 : 10) maka Ibrahim lalu membuang Hagar dan Ismail. Bukankah hal itu jelas bagi kita, bahwa keturunan Ibrahim dari garis Ismail telah dibuang oleh Ibrahim sendiri sebagai tukang bangunan? Apakah batu penjuru itu? Kita tahu bahwa semua orang Islam yang bersembahyang menghadap kepada penjuru yang samas yakni Ka'bah.
Kita kembali kepada pertanyaan "Siapakah Penolong yang dijanjikan oleh Yesus yang datang sesudah beliau?"
"dan baptislah mereka demi nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Mateus 28: 19), yang dapat kita artikan : "dan selamatkanlah mereka demi nama Tuhan, dengan ajaran para Nabi dan lebih-lebih ajaran Nabi sesudah Yesus "
Siapakah Nabi sesudah Yesus? Ia adalah batu yang di buang oleh tukang bangunan dan sekarang menjadi batu penjuru. Ia tentu harus keturunan Ismail. Siapakah dia? Jawab-nya tidak ada dua: Muhammad! Apakah Muhammad juru selamat dunia? "Ya,pasti."

YESUS JURU SELAMAT BANGSA ISRAEL

Oleh : Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

Kepada siapakah sebetulnya Yesus diutus oleh Allah? Dalam
Injil Yohannes 20: ayat 21, Yesus bersabda: "Sama seperti
Bapa mengutus AKU, demikian juka sekarang AKU mengutus
kamu." Luas perutusan Yesus kepada murid-murid-NYA adalah
sama dengan luas perutusan yang diterima oleh Yesus dari
Bapa. Jadi tidak mungkin Yesus mengutus murid-murid-Nya
lebih luas dari perutusan-Nya sendiri yang diterima-Nya dari
Bapa. Yesus dalam salah satu sabda-Nya pernah. bersabda
bahwa Dia diutus hanya kepada domba hilang dari Bangsa
Israeli.

Rupanya Yesus-pun mengutus murid-murid-Nya hanya kepada
Bangsa Israel saja. "Janganlah kamu menyimpang ke jalan
Bangsa lain atau masuks ke dalam kota orang Samaria
melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari pada
Umat Israel" (Mateus 10: 5-6).

Bahwa Yesus adalah Utusan Allah khusus untuk Bangsa Israel,
menjadi lebih jelas lagi, ketika beliau menegaskan bahwa
para murid-Nya yang berjumlah 12 orang itu akan duduk pada
12 tahta untuk mengadili orang Yahudi. "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya pada waktu pencitaan kembali, apabila
Anak Manusia bersemayam di tahta kemuliaan-Nya, kamu, yang
telah mengikut Aku akan duduk juga di atas dua belas tahta
untuk menghakimi dua belas suku Israel" (Mateus 19:28).

Bagaimana ciri, Juru Selamat dunia yang dijanjikan oleh
Allah? Juru Selamat itu bukan hanya diutus untuk sesuatu
bangsa tertentu saja, akan tetapi haruslah dimaksudkan untuk
seluruh Bangsa. Yang kepadanya bangsa-bangsa akan berharap,
Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa (semua
bangsa), bukan hanya kepada satu bangsa tertentu saja. Untuk
ini maka Nabi Yesaya, tokoh Perjanjian Lama yang terkenal
meramalkan: "Lihatlah, itu Hamba-KU yang KU-pilih, yang
Ku-kasihi yang kepadanya jiwa-KU berkenan; Aku akan menaruh
roh-KU keatas-Nya, dan ia akan memaklumkan hukum kepada
bangsa-bangsa" (Mateus 12: 18). "Dan pada-Nyalah
bangsa-bangsa akan berharap" (Mateus 12: 21).

Sabda Yesus yang perlu juga kita perhatikan adalah yang
tercantum dalam Injil Mateus 10:41: "Barang siapa yang
menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima ubah
nabi, dan barang siapa yang menyambut seorang benar sebagai
orang benar, ia akan menerima upah sebagai orang benar."
Kita kembali kepada pertanyaan pada pasal-pasal yang lalu:
Siapakah Penolong yang dijanjikan oleh Yesus yang akan
datang sesudah Yesus? Tentu seorang nabi, karena jelas bukan
Paulus? Sekarang pertanyaan kita: "Siapakah nabi itu?" Kita
belum tahu, tetapi pasti harus seorang nabi, utusan Allah.

Yesus memang Juru Selamat, tetapi seperti apa yang pernah
ditandaskan-Nya sendiri bahwa beliau datang untuk domba
bangsa Israel yang hilang. Kalau Yesus sudah memberikan
pertanyaan tentang dirinya dan murid-murid-Nya begitu jelas,
apakah kita harus berkata bahwa Yesus dikirim Allah untuk
semua bangsa? Dengan menyatakan hal itu maka berarti bahwa
kita tidak menaruh hormat kepada beliau, baik selaku pribadi
maupun selaku Nabi Allah yang besar. Kalau Yesus sendiri
lebih senang memakai predikat: "Anak manusia," mengapa kita
harus memaksakan dengan mengatakan bahwa beliau adalah:
"Anak Allah?" Apakah Yesus sendiri tidak akan marah kalau
diri-Nya disebut dengan cara yang tidak benar, walaupun
predikat yang kita berikan kepadanya lebih tinggi?

Pernah pada suatu waktu Bapak Presiden Soeharto begitu marah
sekali ketika majalah "POP" menulis tentang silsilahnya
dimana dikatakan bahwa sesungguhnya beliau adalah keturunan
bangsawan, keturunan kraton. Artikel semacam itu kemudian
dibantah sendiri oleh beliau, bahkan dianggap sebagai
penghinaan; dalam kesempatan itu beliau menandaskan bahwa
beliau hanya seorang anak petani biasa.

Dengan menyebut Yesus sebagai Anak Allah, kita telah berbuat
kesalahan yang besar, sebab Yesus sendiri tidak pernah
menyatakan bahwa Dia adalah Anak Allah, bahkan sebutan itu
ternyata berlaku untuk semua orang yang membawa damai
seperti yang pernah kita singgung pada bab pertama tentang
TRINITAS. Dengan menyebut sesuatu yang tidak benar yang
menyimpang dari apa yang dikatakan Yesus sendiri berarti
kita tidak menyambut Yesus sebagai Nabi Allah yang benar.

Dan apakah Umat Kristen telah menyambut Utusan Allah sesudah
Yesus dengan benar? Apakah Muhammad itu utusan Allah? Apakah
ada bukti-bukti kenabian melekat pada diri beliau? Apakah
Yesus juga menyebut hal itu? Semoga pasal yang terakhir dan
uraian kami akan dapat menjawab pertanyaan di atas. Mungkin
jawaban yang akan diperoleh tidak begitu memuaskan pada saat
permulaan tetapi jika Saudara mau merenungkan, dan
lebih-lebih mempelajari dari buku-buku yang bobot ilmlyahnya
lebih tinggi dari ini; kami percaya bahwa Saudara akan
mempunyai kepuasan yang Saudara harapkan. Semoga.

YESUS DAN HUKUM TAURAT

Oleh : Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

Apakah yang disebut Kitab Taurat? Taurat adalah merupakan
kumpulan lima buah Kitab yang kemudian dikenal sebagai
dikarang oleh Musa yang sekarang diterima oleh Umat Kristen
sebagai lima Kitab pertama dalam Perjanjian Lama. Ke-lima
Kitab itu ialah: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan
Ulang-tutur (Ulangan). Di dalam Kitab Taurat memuat Kisah
penciptaan bumi langit, sejarah manusia pertama, panggilan
Tuhan kepada Ibrahim, riwayat keturunan Ishak yang kemudian
dikenal sebagai bangsa Israel, perbudakan bangsa Israel oleh
Bangsa Mesir, panggilan Tuhan kepada Musa untuk
menyelamatkan Bangsa Israel juga memuat tentang hukum-hukum
moral yang wajib ditaati oleh Bangsa Israel.

Apakah tugas Yesus sehubungan dengan Hukum Taurat? Yesus
sendiri menegaskan misinya: "Janganlah kamu menyangka, bahwa
AKU datang untuk meniadakan hukum Taurat atau Kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya. Karena itu aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu
titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah
satu perintah hukum Taurat, sekalipun yang paling kecil dan
mengajarkan demikian, ia akan menduduki tempat yang paling
rendah dalam Kerajaan Sorga" (Mateus 5: 17-19).

Salah satu HUKUM TAURAT ialah tentang SUNAT. Sunat dalam
Hukum Taurat dipandang sebagai satu perjanjian dengan Tuhan.
Hal ini dapat kita baca dalam Perjanjian Lama. "Lagi firman
Allah kepada Ibrahim: -Dari fihakmu, engkau harus memegang
perjanjian-KU, engkau dan keturunanmu turun-temurun. Inilah
perjanjian-KU, yang harus kamu pegang, perjanjian antara AKU
dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara
kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatannya dan
itulah akan menjadi tanda perjanjian antara AKU dan kamu"
(Kejadian 17: 9-11).

Sunat, yang dipandang oleh Tuhan sebagai tanda perjanjian
antara Tuhan dan Ibrahim (serta keturunannya) telah dianggap
sesuatu yang tidak ada gunanya oleh Paulus. "Sunat memang
ada gunanya, jika engkau menaati Hukum Taurat; tetapi jika
engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi
gunanya. Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan
hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang
telah sunat?" (Surat Paulus kepada orang Kristen di Rom 2:
25-26).

Ternyata Paulus begitu pandai sekali memutar-balikkan
kalimat. Bagaimana mungkin orang yang tak bersunat bisa
dikatakan memperhatikan Hukum Taurat, jika Sunat itu sendiri
merupakan suatu kewajiban dari Hukum Taurat? Kalau kita
perhatikan ucapan Yesus di atas, maka kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa: Paulus akan menduduki tempat yang paling
rendah dalam Kerajaan Allah. Paulus dapat dianggap penyesat
dari Hukum Taurat yang Yesus sendiri tidak berani
merubahnya.

Kita ambil contoh lain dari begitu banyak Hukum Taurat yang
dilanggar oleh murid-murid Yesus sendiri, Hukum itu ialah
tentang hukum hari Sabat. "Katakanlah kepada orang Israel,
demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-KU harus kamu
pelihara, sebab itulah peringatan antara AKU dan kamu,
turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Aku-lah
TUHAN, yang menguduskan kamu. Haruslah kamu pelihara hari
Sabat, sebab itulah hari Kudus bagimu; siapa yang melanggar
kekudusan hari Sabat, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap
orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu
harus dilenyapkan dari antara bangsanya. Enam hari lamanya
boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh
haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi
Tuhan; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari
Sabat, pastilah ia dihukum mati" (Kejadian 31: l3-15).

Hari Sabat dan segala kekudusannya yang sudah begitu tinggi
ditegaskan oleh Tuhan sampai-sampai kepada siapa yang
melanggar ancaman hukumannya adalah mati, telah dilanggar
sendiri oleh para murid Yesus dengan memetik gandum pada
hari Sabat (Mateus 12: 2). Akan kita menaruh hormatkah
kepada mereka yang melanggar hukum Taurat padahal guru
mereka sendiri mengatakan bahwa kedatangan-NYA bukan untuk
merubah hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya.

Kita kembali pada pertanyaan: Siapakah Penolong yang datang
sesudah Yesus? Pauluskah? Sekarang kita sendiri dapat
menjawab dengan tegas bahwa Penolong yang dimaksud oleh
Yesus yang akan datang sesudah beliau adalah bukan PAULUS,
karena Paulus telah menyelewengkan salah satu hukum Taurat
tentang sunat yang oleh Yesus orang semacam Paulus dikatakan
sebagai orang yang paling rendah dalam Kerajaan Allah.

Kalau kita mau kembali ucapan Yesus: " dan baptislah mereka
dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," dan dapat kita
baca, " selamatkanlah mereka dalam ajaran Allah, ajaran
para nabi dan ajaran seorang penolong yang datang sesudah
Yesus, " Pertanyaan siapakah penolong itu ternyata belum
dapat kita jawab sekarang.

TRINITAS

Oleh : Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

Dogma yaag terbesar dalam Agama Kristen, baik Protestan
maupun Katolik adalah tentang: TRINITAS. Kepadanya semua
ajaran dan dogma yang ditetapkan kemudian tergantung. Yang
dimaksud dengan Trinitas ialah suatu kepercayaan bahwa Tuhan
adalah satu dalam tiga pribadi, yakni Allah Bapa, Allah
Putera (anak) yaitu Yesus Kristus dan Roh Kudus.

Dogma tentang Trinitas baru dirumuskan dalam abad ke IV
dalam suatu Konsili di Nicea. Konsili itu diikuti oleh para
Uskup, Theolog kenamaan dan banyak Sarjana Gereja. Keputusan
Konsili itu dirumuskan dalam 12 Sahadat para Rasul, di mana
dirumuskan bahwa ketiga pribadi dalam Allah yang satu itu
adalah sejajar, walaupun digunakan istilah Bapa dan Anak;
Dalam doa litani Umat Katolik sebutan Trinitas dirumuskan
dengan kata-kata: "Allah Tritunggal Kudus Tuhan Yang Maha
Esa."

Rumusan Konsili Nicea abad ke IV tentang TRINITAS itu
mendasarkan pada ucapan Yesus Kristus sendiri dalam Injil
Mateus 28: 19 "Karena itu pergilah, jadikan semua bangsa
murid-KU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus "

Tetapi apakah benar bahwa ucapan Yesus itu dimaksudkan oleh
Yesus sendiri untuk mengajar bahwa dalam Allah yang Esa itu
terdapat tiga pribadi, sebab Yesus sendiri secara explicit
tidak pernah mengatakan hal itu.

Apakah pengakuan orang Kristen tentang Allah tidak
bertentangan dengan Ke-ESA-an Allah itu sendiri? Umat
Eristen sendiri sulit untuk menjelaskannya; karena itu
mereka selalu melarikan diri pada jawaban: misteri Tuhan
yang sulit diungkapkan." Bahkan untuk memperkuat jawaban
itu, mereka selalu menceriterakan kisah Agustinus, Uskup
Hipo yang juga pernah mengalami kebimbangan tentang
TRINITAS. Untuk memecahkan hal itu Uskup Agustinus
berjalan-jalan di tepi laut. Di situ Agustinus bertemu
dengan seorang anak kecil yang sedang membuat sumur-sumuran
dengan menggali pasir di tepi laut itu. Uskup Hipo itu
bertanya: "Untuk apakah sumur-sumur itu, nak?" Anak itu
menjawab, "Saya akan memasukkan semua air laut ke dalam
sumur ini." Akhirnya, Agustinus mengambil kesimpulan,
misteri Tuhan adalah begitu luas seperti luasnya samudera
yang tak kelihatan tepinya; sedang otak manusia hanya
terbatas seperti sumur-sumuran yang dibuat oleh anak kecil
itu. Jadi tidak mungkin kita dapat mengerti dengan jelas
misteri Allah; oleh karena itu walaupun Trinitas merupakan
hal yang sulit, terimalah saja seperti itu,

Marilah kita membuka halaman pertama dari Al-Kitab, pada
Kitab Kejadian (Genesis = Purwaning Dumadi) pada pasal yang
pertama. Pada Kejadian 1:26, kita baca: Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita " Dalam anak ayat yang sependek itu kita menjumpai 2
kata "kita," sebagai kataganti untuk Allah. Bukankah dengan
kata "kita" terkandung pengertian ada lebih dari satu Allah?
Mungkinkah kataganti untuk Allah memang dipakai kata "kita"?
Tetapi kalau kita membuka lebih lanjut pada Kejadian 1:29
kita baca : Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, AKU memberikan
kepadamu." Mengapa di sini dipakai kata AKU untuk ganti
Allah? Bukankah dengan melihat kenyataan ini kita bisa
menarik kesimpulan bahwa memang sungguh ada lebih dari satu
Allah?

Sekarang yang hendak kita persoalkan ialah Sabda Yesus pada
Injil Mateus 28: 19; siapakah sebetulnya Bapa, Anak dan Roh
Kudus seperti sabda Yesus dalam Mateus 28: 19? Sering orang
Kristen mengatakan bahwa pengertian Umat Islam tentang Allah
masih kurang lengkap, sebab orang Islam hanya mengenal Allah
Bapa saja. Baiklah, kita setuju saja dengan mereka bahwa
yang kita imani sebagai Allah adalah Allah Bapa seperti yang
diimani oleh orang Kristen, tetapi siapakah anak dan
siapakah Roh Kudus?

Kalau kita membaca seluruh isi Perjanjian Lama, maka semua
Nabi dan orang Kudus pada waktu itu disebut sebagai Anak
Allah. Bahkan oleh Yesus sebutan "Anak Allah" itu diperluas
bagi mereka yang membawa damai. Dalam kotbah di bukit yang
kemudian terkenal dengan Delapan Sabda Bahagia Yesus
bersabda: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena
mereka akan disebut anak-anak Allah" (Mateus 5: 9).

Jadi jelas bahwa sebutan Anak Allah bukan monopoli pribadi
Yesus sendiri, tetapi untuk semua Nabi dan mereka yang
membawa damai, Yesus sendiri dalam Mateus 6:9 mengajar
murid-murid-NYA sebuah doa yang kemudian menjadi terkenal
dengan sebutan: "DOA BAPA KAMI." Dalam doa itu Yesus
mengajar kepada kita agar menyebut "Bapa" kepada Allah yang
ada di Surga. Hal ini nyata juga kalau kita perhatikan sabda
Yesus pada Mateus 15: 13. Jawab Yesus: "Setiap tanaman yang
ditanam Bapa-Ku" Dalam ayat itu Yesus menyebut Allah dengan
perkataan Bapa-KU, sedang di ayat lain Yesus menyebut Allah
dengan perkataan Bapa-mu (Mateus 10:20). Yesus sendiri
rupanya lebih senang dengan predikat "Anak manusia."
(Periksalah Injil Mateus pasal 16 keseluruhan).

Sekarang siapakah Roh Kudus itu? Untuk itu Yesus menjelaskan
sebagai berikut: "AKU (Yesus) akan minta kepada Bapa, dan IA
akan memberikan kepadamu seorang Ponolong yang lain, supaya
IA menyertai kamu, yaitu Roh Kebenaran (Injil Yohanes 14:
16). Jadi Penolong yang akan datang adalah seorang (tentunya
seorang manusia). Sedang sesuatu disebut Roh ialah jika ia
sudah mati atau belum lahir. Jadi jelaslah bahwa Penolong
yang dijanjikan Yesus adalah seorang yang belum lahir.
Siapakah dia? Mungkinkah Paulus? Baiklah, hal ini akan kita
tinjau lebih lanjut.

Bila kembali kepada ucapan Yesus pada Mateus 28: 19: ", dan
baptislah mereka dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, "
Apakah artinya baptis? Orang Yahudi mempunyai kepercayaan
bahwa Allah akan menyelamatkan setiap manusia. Tetapi dari
fihak manusia ada yang menerima penyelamatan dari Allah dan
ada yang tidak mau. Mereka yang mau menerima penyelamatan
itu diharuskan bertobat, dan sebagai tanda tobat mereka
dibaptis. Upacara baptis biasanya dilakukan di sungai dengan
mencelupkan kepala mereka ke dalam air. Upacara baptis
sekarang diteruskan oleh semua Gereja Kristen dan Katolik
sebagai lambang penerimaan mereka akan iman Kristen, hanya
caranya yang berbeda. Ada Gereja yang membaptis dengan
betul-betul mencelupkan kepala calon baptis di sebuah
sungai, ada yang hanya mencucurkan air pada salah satu
bagian tubuh yang biasanya adalah kepala.

Upacara baptis itu kemudian diakui sebagai Sakramen.
(Sakramen = setiap ucapan dan perbuatan Yesus yang
mendatangkan Rahmat). Jadi dapatlah disimpulkan bahwa baptis
ialah tanda bahwa manusia itu telah diselamatkan, karena
menurut kepercayaan umat Kristen pada waktu sekarang
dibaptis (= dipermandikan) semua dosanya dihapus.

Jadi ucapan Yesus dalam Mateus 28: 19: " dan baptislah
mereka dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dapatlah
diartikan, " selamatkanlah mereka dengan nama (ajaran) Allah
dan seorang nabi dan lebih-lebih ajaran seorang penolong
yang datang sesudah Yesus."

Tetapi siapakah "Penolong yang datang sesudah Yesus?"
Pauluskah? Karena Paulus adalah seorang pembaharu yang
datang sesudah Yesus. Pada peninjauan lebih lanjut kita akan
membahas siapakah Penolong itu.

SRI PAUS DAN NEGARA VATIKAN

Oleh : Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

Menurut kepercayaan dalam Agama Katolik, maka kepala Gereja
adalah Sri Yesus yang dalam bentuk nampak sehari-hari di
dunia diwakili oleh Sri Paus. Jadi Sri Paus adalah Wakil
Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja. Gereja Katolik
mendasarkan hal ini pada ayat dalam Injil Mateus 16:18:
"Petrus, engkau adalah batu karang; di atas karang padas ini
akan kudirikan Gerejaku. Kuasa mautpun tidak dapat
mengalahkannya." Jadi menurut tradisi Gereja Katolik Petrus
diakui sebagai Paus yang Pertama.

Pelantikan Petrus sebagai Paus yang pertama, kemudian
diikuti juga dengan penugasannya yang tertera dalam dialog
Yesus dan Petrus seperti ditulis dalam Injil Yohanes
21:15-19, dimana Sri Yesus bertanya: "Petrus, apakah engkau
mengasihi Aku lebih dari yang lain?" Jawab Petrus: "Ya
Tuhan, Tuhan mengetahui bahwa hamba mengasihi Tuhan." Yesus
berkata: "Gembalakanlah segala dombaku." Dialog itu
berlangsung sampai tiga kali dengan kata-kata yang sama.

Gereja Protestanpun mengakui bahwa Sri Yesus Kristus adalah
Kepala Gerejanya, tetapi tidak mengakui kekuasaan Petrus
sebagai Paus pertama dan dengan demikian juga tidak mengakui
penggantinya sampai yang sekarang.

Semenjak Petrus sebagai Paus pertama sampai kepada Paus
Paulus VI terdapat 263 orang Paus. Jadi Sri Paus Paulus VI
adalah Paus yang ke 263. Bagaimana cara memilib nama seorang
Paus? Seorang Kardinal yang terpilih menjadi Paus bebas
memilih namanya. Jika dia memilih nama Yohanes, maka dilihat
dalam daftar para Paus nama itu sudah dipakai oleh 23 orang
Paus terdahulu, maka Paus yang sekarang bergelar Sri Paus
Yohanes ke XXIV. Jika dia memilih nama Pius, sedang nama itu
pernah dipakai oleh 12 pendahulunya, maka dia bergelar Paus
Pius XIII; jika pengganti Paus Paulus VI memilih nama
Paulus, maka dia bergelar Sri Paus Paulus VII, demikian
seterusnya.

Gelar-gelar Sri Paus adalah: Kepala Gereja Katolik.
pengganti Petrus, Primas (Pangeran) Gereja Katolik, Uskup
kota Roma, Kepala Negara Vatikan.

Dalam urusan dunia Sri Paus adalah Kepala Negara Vatikan;
Vatikan adalah negara kota seperti Singapura atau Monaco,
yang luasnya 44 Ha. Didalamnya terdapat jalan raya, 2 buah
Gereja besar diantaranya basilika St. Petrus, istana Sri
Paus cita del Vatikano, gedung-gedung Kementerian
(Konggregasi) yang berjumlah 10 dan sebuah Universitas
Kepausan Gregorian. Vatikan sebagai negara terletak ditengah
kota Roma (Itali) tetapi lepas dari pengaruh negara Italia.

Negara Vatikan mulai berdiri semenjak abad ke VIII, tetapi
kemudian oleh gerakan Persatuan Itali Raya dibawah pimpinan
Garibaldi dicaplok dan dijadikan bagian dari Negara Itali
Raya semenjak tahun 1871. Jadi semenjak tahun itu Sri Paus
hanya menjadi kepala Gereja saja, bukan seorang Kepala
Negara yang berdaulat dan merdeka; bahkan dia lalu menjadi
warga negara Italia. Usaha ke arah pemulihan kemerdekaan
terus diusahakan dan baru tahun 1929 berhasil ditanda
tangani Perjanjian Veteranen antara Sri Paus Pius XI dan
Benedicto Musolini pemimpin Negara Itali waktu itu. Dalam
Perjanjian itu ditegaskan bahwa kedaulatan Sri Paus
dikembalikan dan diakui oleh Itali sebagai negara yang
merdeka lepas dari Itali. Semua milik Gereja yang pernah
disita dikembalikan.

Negara Vatikan juga disebut Negara Gereja. Dan sebagai
negara, maka Vatikan juga mempanyai alat-alat perlengkapan
sebagai negara. Terdapat 10 Kementerian yang disebut
Konggregasi misalnya Konggregasi Suci Kepausan untuk urusan
ibadat Suci, Konggregasi Kepausan untuk urusan orang-orang
Kudus, dan lain-lain. Untuk urusan luar negeri diurus oleh
Seketariat Negara. Sebagai suatu negara maka Vatikan juga
mempunyai Duta Besar di negara lain, yang disebut Pro Nuncio
atau Nunciatur; dan juga negara lain ada juga yang mempunyai
Duta Besar Vatikan; Kedutaan Besar Vatikan di Indonesia di
Jalan Medan Merdeka Timur, sedang pada waktu ini (1977) yang
menjabat Nunciatur adalah Mgr. (di baca Monsinyur) Vincentio
Varargo, sedang duta Besar kita di Vatikan adalah RM.
Soebadio. Vatikan juga mempunyai gedung penjara yang praktis
tidak pernah digunakan. Mata uang dan perangko juga
diterbitkan. Dengan demikian maka Vatikan memang merupakan
suatu negara dalam arti yang sesuugguhnya.

Pakaian kebesaran Sri Paus adalah; tiara yaitu mahkota
berlapis tiga yang melambangkan bahwa Sri Paus di samping
seorang Raja, juga dalam memerintah mewakili Allah Bapa,
Putra dan Roh Kudus. Lalu Cincin bergambar Petrus sedang
menjala ikan yang melambangkan bahwa Sri Paus meneruskan
pekerjaan Petrus. Tongkat melambangkan bahwa karya gembala
seperti ditugaskan Sri Yesus kepada Petrus memang sungguh
diteruskan. Kasula merah, lambang Sri Paus sebagai Guru yang
rela mengorbankan hidupnya (merah warna darah). Sri Yesus
menurut kepercayaan orang Kristen, baik Katolik maupun
Protestan berfungsi sebagai: Raja, Guru dan Gembala. Fungsi
ini tampak dalam pakaian kebesaran Sri Paus.

Bagaimana cara pemilihan Paus? Pada zaman dulu, pemilihan
Paus selalu mengikut sertakan Kaisar, Kepala Negara yang
beragama Katolik di samping para Kardinal sebagai
pembantu-pembantu Paus. Namun kebiasaan itu hapus semenjak
abad ke XVI. Dan mulai waktu itu maka pemilihan Sri Paus
hanya diikuti oleh para Kardinal saja. Jika terdengar kabar
bahwa Sri Paus meninggal dunia, maka semua Kardinal dari
seluruh dunia menuju ke kota Roma (Vatikan) tanpa diundang.
Disana mereka bersidang dalam ruang tertutup. Dan selama
sidang para Kardinal dilarang berhubungan dengan dunia luar.
Sidang dipimpin oleh Kardinal yang tertua dibantu oleh
Kardinal termuda dalam usia. Selain para Kardinal hadir juga
Sekretaris Negara Vatikan yang biasanya bukan seorang
Kardinal.

Tempat duduk para Kardinal merupakan kursi gantung yang bisa
dinaikkan dan diturunkan. Kursi gantung itu disebut
baldakim. Kaki para Kardinal tidak menyentuh tanah, sebagai
lambang bahwa masalah duniawi (ras, bangsa, pandangan
politis) tidak akan dijadikan bahan pertimbangan dalam
memilih Paus. Warna baldakim-pun bermacam-macam; ada yang
berwarna merah, ada yang berwarna kuning dan ada yang
berwarna hijau. Kardinal yang duduk di baldakim merah,
artinya Kardinal yang diangkat oleh Paus yang baru saja
meninggal dunia. Baldakim yang berwarna kuning disediakan
untuk para Kardinal yang diangkat oleh Paus sebelumnya lagi,
jadi dengan demikian berarti Kardinal yang duduk pada
baldakim kuning pernah dua kali mengikuti pemilihan Paus dan
baldakim yang berwarna hijau untuk para Kardinal yang pernah
mengikuti pemilihan Sri Paus sampai tiga kali, jadi diangkat
oleh Paus yang memerintah dua periode sebelum Paus yang
meninggal ini. Lazimnya tidak ada Kardinal yang duduk di
baldakim hijau. Pernah pemilihan Paus didalamnya tidak ada
Kardinal yang duduk di baldakim merah, karena Paus yang
meninggal baru 3 hari menduduki tahta, belum sempat
mengangkat Kardinal, bahkan para Kardinal yang memilihnya
belum semua pulang ke negerinya. Yang sudah pulang dan baru
sampai dipertengahan jalan dan mendengar bahwa Paus yang
baru dipilih 3 hari yang lalu meninggal, cepat-cepat kembali
ke Vatikan lagi.

Sementara pemilihan Paus berlangsung, di luar gedung
pemilihan telah berkumpul umat Katolik yang ingin mengetahui
hasil pemilihan Paus Jika pemilihan tidak memenuhi syarat
yang ditentukan misalnya Kardinal yang mendapat suara
terbanyak belum mencapai prosentase yang ditentukan, maka
pemilihan dianggap belum berhasil dan diulang kembali.
Kertas pemungutan suara dikumpulkan dan dibakar dengan
jerami basah. Dari cerobong yang dapat dilihat oleh rakyat
yang menunggu di luar tampak asap hitam. Umat di luar gedung
pemilihan tahu bahwa pemilihan belum berhasil. Jika sudah
berhasil maka kertas pemilihan dibakar dengan jerami kering
sehingga asap putihlah yang keluar dari dalam cerobong.

Begitu Paus baru terpilih, maka semua Kardinal menarik tali
baldakimnya sehingga baldakim menyentuh tanah, sedang
Kardinal yang terpilih sebagai Paus menarik tali baldakim
bukan ke bawah tetapi keatas; ini sebagai lambang bahwa
kedudukan mereka sekarang berlainan tidak lagi sejajar. Para
Kardinal yang tak terpilih bersujud menyatakan kesetiaan
mereka kepada hasil pilihan dan Paus terpilih. Kemudian Paus
terpilih memberikan berkatnya yang pertama sebagai Paus.
Paus terpilih dengan diantar oleh pimpinan sidang, yaitu dua
Kardinal yang tertua dan yang termuda serta Sekretaris
Negara membuka jendela di mana rakyat yang berkumpul di
lapangan St. Petrus bersorak-sorak: "Viva il Santo Papa!
Viva il Santo Papa! (Hidup Santo Bapa, Hidup Santo Bapa).

Kardinal yang tertua, yang memimpin sidang, kecuali jika dia
sendiri yang terpilih menjadi Paus, maka pimpinan sidang
yang lain yakni yang Kardinal termuda, mengenalkan kepada
rakyat banyak yang kebanyakan umat Katolik itu:
"Saudara-saudara, Yang Mulia Kardinal ... dari Negara ...,
telah terpilih menjadi Paus baru dan beliau memilih nama:
Sri Paus ... Rakyat kemudian bersujud dan Paus terpilih
memberikan berkat kepausannya yang kedua.

Menurut pengajaran Gereja Ratolik, maka Sri Paus tidak
mungkin sesat dalam menetapkan hukum yang berhubungan dengan
masalah Agama. Surat edaran Sri Paus yang menerangkan suatu
masalah disebut Ensiklik. Biasanya memang setiap Ensiklik
Sri Paus selalu diterima dengan penuh ketaatan oleh dunia
Katolik. Namun berbeda dengan Ensiklik Humanea Vitae yang
dikeluarkan oleh Sri Paus Paulus VI sempat menggegerkan
dunia, bukan saja dunia Katolik tetapi dunia pada umumnya:
sebab untuk pertama kalinya Ensiklik Paus mendapat tantangan
yang begitu hebat dan berakibat kewibawaan Sri Paus merosot
dimata dunia. Ensiklik Humanea Vitae itu menegaskan bahwa
masalah pengaturan kelahiran hanya diperbolehkan dengan
metode pantang-berkala, sedang metode yang lain ditolak
karena tidak sesuai dengan martabat manusia. Para Uskup di
Negeri Belanda minta agar Ensiklik itu dicabut. Para Uskup
di Indonesia dalam sidangnya memberikan penjelasan Pastoral
tentang Ensiklik Humanea Vitae menjelaskan; "Bahwa Ensiklik
itu lahir setelah penyelidikan yang cukup lama dengan
penelitian yang biayanya tidak sedikit, serta banyak doa
yang diarahkan untuk maksud itu. Maka bagaimanapun Ensiklik
itu wajib kita hormati. Kepada saudara yang dengan terpaksa
menjalankan dengan metode yang menyimpang dari yang
dianjurkan oleh seruan Sri Paus, maka masalahnya harus
dibicarakan antara suami isteri dengan sikap yang dewasa."
Namun para Uskup tidak membenarkan usaha-usaha yang bersifat
perkosaan terhadap martabat manusia, misalnya pengguguran
dan pemandulan tetap.

SEJARAH KRISTENISASI OLEH AGAMA PROTESTAN

oleh : Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

1. Zending Protestan pertama kali datang ke Indonesia pada
tahun 1831 dengan dua orang pendeta bernama Riedel dan
Schwarz ke Minahasa. Pada tahun 1850 mereka membuka sebuah
Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di Tomohon dan pada
tahun 1868 dibuka pula Sekolah Guru Injil (Hulpzendelingen).
Kristenisasi di Minahasa itu ditangani dan dibeayai oleh
Nederlandse Zendelinggenootschap yang didirikan di Rotterdam
tahun 1787. Pada tahun 1882 di Minahasa juga didirikan
asrama dan sekolah khusus bagi anak-anak pegawai negeri
serta orang-orang terkemuka. Semua sekolah tersebut mendapat
subsidi dari Pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1888 mereka
mendirikan percetakan untuk mencetak buku-buku, selebaran
dan sebuah surat kabar yang bernama, "Cahaya Siang."

2. Di kepulauan Sangihe dan Talaud bangsa Portugis telah
lebih dahulu menyiarkan agama Kristen. Pekerjaan ini
kemudian diambil alih dan diteruskan oleh bangsa Belanda di
Ambon dan Maluku dipelopori antara lain oleh: J. Kam pada
pertengahan abad ke 19 juga. Dia adalah utusan dari
Nederlandse Zendinggenootschap tersebut. Kemudian mereka
luaskan sampai ke pulau Buru. Adapun daerah Sulawesi Tengah
dan Tenggara kristenisasi dilakukan oleh Bala Keselamatan
atau Leger des Heils, sedang Gereformeerde Zendingbond
mengirimkan pendeta Van Den Loodrecht ke Luwuk pada tahun
1913. Di Bolaang Mongondow pengkristenan dilakukan oleh
Nederlandse Zendinggenootsehap. Pada tahun 1904 seorang raja
meminta kepada Zending itu untuk mendirikan sebuah H.l.S.
disana. Sekolah ini terlaksana pada tahun 1913. Perkumpulan
De Nederlandse Zendingvereniging yang semula diberikan tugas
mengkristenkan Jawa Barat, pada tahun 1915 juga beroperasi
di Sulawesi Tenggara.

3. Kristenisasi di Jawa Timur dipelopori oleh seorang tukang
jam bangsa Belanda di Surabaya yang bernama Emde dan seorang
tuan tanah bernama C. Coolen kira-kira pada tahun 1840.
Empat tahun kemudian pengikut mereka berhasil membentuk
sebuah desa Keristen di Mojowarno di mana dewasa ini berdiri
sebuah rumah sakit Kristen yang amat besar dan modern. Pada
tahun 1848 seorang zendeling lagi yaitu E.J. Jellesma datang
ke Surabaya lalu ke Mojowarno. Dengan dibantu oleh seorang
guru Injil Paulus Tosari didirikannya sebuah Kweekschool
yang kemudian terpaksa ditutup pada tahun 1858. Tetapi pada
tahun 1500 dapat dibuka kembali. Murid-murid dari pengikut
C. Coolen menyebarluaskan agama Kristen ini sampai ke
Pasuruan dan Kediri. Kemudian berdatangan para zendeling
dari negeri Belanda untuk menyebarkan agamanya di
tengah-tengah umat Islam. Mereka mendirikan rumah sakit
rumah sakit di banyak tempat di samping rumah sakit besar
Mojowarno.

4. Di Jepara tinggal seorang bernama Tunggul Wulung yang
terkenal dengan julukan Kiyahi Berahim. Dia adalah seorang
petapa yang mengaku telah mendapat wahyu dari Allah lalu
masuk Kristen. Tetapi kemudian dia campur-adukkan
kepercayaan Kristen dengan Islam dan animisme, akhirnya dia
tidak diakui lagi oleh gereja. Ada pula seorang santri
bernama Sadrah, yang berhasil ditarik memeluk agama Kristen
oleh seorang zendeling yang bernama Hoezoo. Sadrah kemudian
mengembara hampir ke seluruh tanah Jawa dan banyak bertemu
serta berwawancara dengan penyebar agama Kristen lainnya. Di
Jakarta, dahulu Batavia, dia bertemu dengan MR. F.L.
Anthing, bekas pejabat tinggi kehakiman di Semarang yang
telah pindah ke Jakarta, Dia ini sangat besar jasanya dalam
pernyebaran Kristen. Tahun 1867 Sadrah dibaptiskan dan dua
tahun kemudian dia dipindahkan ke Purworejo untuk menyiarkan
Kristen bekerja sama dengan nyonya Philips. Tahun 1870
pindah ke desa Karangjasa dekat Bagelen dan terus giat
menyebarkan agamanya dan memimpin kaum Kristen Jawa. Dari
sana Kristenisasi diperluas oleh Dewan Gereja (Gereformeerde
Kerken) ke Banyumas dan Kedu lalu meluas ke Yogyakarta dan
Surakarta.

5. Adapun di Sumatera pekerjaan zending dapat dikatakan
dimulai pada tahun 1890 di dacrah Sumatera Pasisir Timur.
Pada tahun 1894 mereka sampai ke utara Danau Toba daerah
Batak Karo. Pada tahun 1915 mereka dirikan rumahsakit di
bawah pimpinan seorang Zuster bangsa Belanda. Pulau Nias
dimasuki pada tahun 1866 oleh para zendeling dari
perkumpulan Rheinische Missionsgeselschaft, yaitu gabungan
zending yang berdiri pada tahun 1823 dan berpusat di Barmen
wilayah Dusseldorf, Jerman. Mereka juga melebarkan sayap ke
Pulau Mentawai dan Enggano. Rheinische Missionsgeselschafe
ini juga beroperasi di pulau Kalimantan sebelah Selatan dan
Timur untuk mengkristenkan suku Dayak. Pada tahun l904
kelihatan kemajuannya di Kuala Kurom dan Kahayan Hulu, lalu
meluas dengan pesat.

Demikianlah ringkasan sejarah kristenisasi yang dilakukan
oleh agama Protestan di tanah air kita.

SEJARAH KRISTENISASI OLEH AGAMA KATOLIK

Oleh : Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

1. Pada tahun 1902 di Batavia (Jakarta) mulai didirikan
Apostolisch Vicariaan Van Batavia. Tetapi agama Katolik
telah masuk ke Indonesia jauh sebelum itu. Pada abad ke 16
agama ini telah memasuki kepulauan Maluku, Ambon, Ternate,
Solor dan Nusa Tenggara. Penyebarannya mula-mula dilakukan
oleh bangsa Portugis yang menguasai kepulauan itu. Pada
tahun 1546 seorang Apostel (muballigh) dari India juga
datang ke sana, bernama Fransiscus Xaverius. Dia berhasil
menarik simpati pemerintah Portugis dan penduduk asli. Tahun
1605 pulau Ambon dapat ditaklukkan. Pada waktu itu di Ambon
telah ada 4 buah gereja dan sekitar 16.000 orang beragama
Katolik.

2. Agama Katolik memasuki Sulawesi dari Makasar, dan itu
semua dilakukan oleh pengikut madzhab Dominicus Orde (H.
Dominicus hidup tahun 1170 - 1221) dan pengikut madzhab
Yesuiten Orde. Madzhab Yesuit ini pada mulanya didirikan
oleh seorang bangsawan Spanyol bernama Ignatius Loyola yang
lahir tahun 1491.

Dia adalah penganut aliran mistik dalam agama Katolik. Dalam
peperangan melawan Perancis mendapat cedera yang
mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup. Mistiknya bertambah
menebal dan mendapat banyak pengikut. Pada tahun 1529
dibentuknya di Paris suatu jama'ah yang dibai'at untuk
mengabdi kepada Paus dan menyebarluaskan agama Katolik,
Tahun 1539 semua anggota jama'ah dilantik menjadi pastor dan
tahun 1560 Paus Paulus III meresmikan jama'ah ini sebagai
Jamaah Yesus atau the Society of Yesus. Jamaah terus
berkembang maju dan bersama Orde Yesuit.

3. Gerakan agama Protestan yang sangat memusuhi Gereja
Katolik berhasil menghancurkan kedudukan Missie Katolik di
India sejak abad ke 17. Tetapi revolusi Perancis telah
menyebabkan terjadinya pergolakan politik di negeri Belanda
yang mengakibatkan hancurnya pusat Zending Protestan dan
bangkitnya kembali Missie Katolik, serta menjadi sangat
kuat. Setelah jazirah Malaka dikuasai oleh bangsa Belanda
dan kekuasaan mereka di Indonesia bertambah mantap, maka
secara bertahap penyebaran agama Katolik di Sulawesi
diambil-alih oleh bangsa Belanda, yaitu pada tahun 1807.
Tujuh tahun kemudian yaitu tahun 1904 Pusat Missie Katolik
di negeri Belanda mengirimkan 2 orang utusannya ke Jakarta
yaitu Jacob Nellisen dan Lambert Prinsen. Kedudukan Missie
dipusatkan di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pada tahun
1834 di Padang ditempatkan seorang pastor. Sejak tahun 1808
hingga 1845 mereka hanya mampu menempatkan 16 orang pastor
itupun akhirnya hanya tinggal 4 orang.

4. Dalam Perang Diponegoro (1825-1830) ditengah-tengah
tentara Belanda ditempatkan seorang Pastor bernama Scholtes.
Dia mengadakan perjalanan inspeksi sampai ke Sulawesi dan
Maluku kemudian melaporkan hasil penyelidikannya kepada
Paus. Berdasarkan laporan itu Paus menganggap sudah tiba
waktunya untuk membantu dan meningkatkan Missie Katolik di
Indonesia menjadi Vicariat (perwakilan), lalu mengirimkan
Mgr. Jacob Croaff selaku pemimpinnya. Pada tahun 1848 dia
digantikan oleh Mgr. Peterus Maria Francken dengan dibantu
oleh 5 orang pastor. Di bawah pimpinannya, missie ini
mendapat kemajuan. Dari pulau pulau yang jauh letaknya
berdatangan permintaan dari umat Katolik yang hidupnya
terpencil. Akhirnya pada tahun 1859 kaum Yesuiten membantu
dengan mengirimkan missionaris ke pulau Jawa lalu
menempatkan mereka di Flores dan kepulauan lainnya.

5. Kemajuan Missie Katolik bertambah pesat setelah pada
tahun 1874 Mgr. Francken digantikan oleh Mgr. Claessen yang
sejak tahun 1848 bertugas di India. Didirikannya pos-pos di
Cirebon, Magelang, Bogor, Malang dan Madiun. Untuk Sumatra
di Medan dan Tanjung Sakti. Di Kalimantan dibangunnya
pangkalan untuk kristenisasi suku Dayak. Demikian juga
Makassar, Menado, Tomohon, Seram, Flores, Irian, Kendari,
Sumbawa dan Timor. Claessen digantikan oleh Vicarius
Apostoles M.J. Staal, kemudian pada tahun 1898 oleh Mgr.
E.S. Luypen S.J. Sejak masa itulah agama Katolik mulai
berkembang di pulau Jawa orang Jawa sukar untuk dirubah
agamanya. Mereka beragama Islam dan tidak mau dikatakan
tidak Islam, walaupun mereka tidak atau kurang menjalankan
syari'ahnya. Missie mengambil jalan lain yaitu dengan
mendekati anak-anak mereka yang pada umumnya hidup
kekurangan. Untuk mereka didirikan sekolah-sekolah dasar
dengan percuma, bahkan dengan diberinya alat-alat serta
pakaian yang diperlukan. Kanak-kanak itulah yang berangsur
di-Katolik-kan, dan itu terjadi sejak akhir abad ke 19. Maka
dapatlah dikirakan bahwa banyaknya jumlah orang Jawa yang
beragama Katolik adalah akibat karena mereka dahulu
bersekolah di sekolah-sekolah Katolik.

6. Pangkalan Missie untuk Jawa Tengah yang pertama ialah
Muntilan dan Mendut di mana sejak dahulu telah berdiri
sekolah Katolik. Sekarang Mundlan menjadi pusatnya agama
Katolik, kemudian Yogyakarta pun dipenuhi oleh sekolah
mereka. Guru-guru tamatan Muntilan dikirim ke luar daerah
dan banyak pula yang berdinas di sekolah Pemerintah
(Gubernemen). Dari tahun ke tahun mereka terus mendapat
kemajuan. Sekolah bertambah banyak terutama sekolah
Pendidikan Guru. Rumah Sakit dan Rumah Yatim juga dibangun,
sehingga kelihatannya memang benar-benar menguasai lapangan
sosial dan pendidikan. Pada akhir tahun 1923 sekolah mereka
berjumlah 52 buah dengan 5.840 orang murid. Mereka memiliki
surat kabar seperti Mingguan Java Post, Sociaal Leven En
Streven, Katholik Schoolblad Van Nederlands Indie dan De
Indische Voorhoede. Dalam bahasa Indonesia yakni Gereja
Katholik serta dalam bahasa Jawa Swara Tama. Di samping itu
mereka dirikan sebuah percetakan di Yogyakarta pada tahun
1922.

Untuk keperluan jalannya Missie Katolik beserta segala
usahanya, mereka menerima bantuan keuangan dari negeri
Belanda, yang diberikan oleh Dana St. Claverbond yang
berdiri tahun 1889 dan oleh berbagai perkumpulan missie
antara lain De Indische Missie Vereniging. Rupanya kaum
Katolik tidak hanya berjuang dalam penyiaran agama,
pendidikan, pengajaran, sosial serta pendirian
gereja-gereja, tetapi juga berjuang dalam bidang politik.
Pada tahun 1918 mereka telah mendirikan sebuah partai
politik dengan nama De Indische Katholieke Partij.

Sekianlah dengan sangat ringkas diuraikan sejarah masuknya
Missie Katolik dan pekerjaannya di tanah air kita.

PERSAMAAN SIFAT-SIFAT YESUS DAN BUDDHA


Oleh : A. Faber Kaiser

Di dalam buku ini kami telah mengemukakan penelaahan-penelaahan bahwa Yesus telah melakukan dua pengembaraan ke India; yang pertama ketika masa mudanya, pada periode yang boleh dikatakan pada masa belajarnya; dan yang kedua, - sehubungan dengan pengungsiannya dari Palestina dan kepergiannya mencari sukusuku Israel yang hilang – setelah penyalibannya, yang kita akui bahwa beliau hidup terus. Dalam hubungan ini perlu kiranya bahwa sejumlah persamaan antara Yesus dan Buddha, dan antara ajaran mereka masing-masing bisa diketahui.

Pada tahun 1897, di Jerman muncul satu buku yang berjudul: “Vergleichende Ubersicht der vier Evangelien” (Studi perbandingan empat Injil) oleh S.E.Verus. Verus mencatat, bahwa catatan Bebel mengenai kehidupan Yesus berisi banyak sekali persamaannya dengan kehidupan Buddha, yang berhubungan dengan itu adalah, bahwa dia itu sebagai penjelmaan Tuhan; dia digambarkan dan dilahirkan dalam keadaan yang luar biasa; berita akan kelahirannya telah diumumkan; dewadewa dan raja-raja menyembah si jabang bayi dan memberinya hadiah-hadiah; seorang Brahmin tua segera mengenal sang bayi itu sebagai salah seorang yang pasti akan terbukti menjadi penyelamat dari segala kejahatan, dan dengan perantaraan orang itu kedamaian dan kebahagiaan akan muncul di muka bumi; yang di masa mudanya dia akan terkena ancaman hukuman mati, dan kemudian dia selamat dengan cara yang ajaib dan berkhidmat hadir di kuil, yang ketika pada usia duabelas tahun kedua orang tuanya mencari-carinya dengan cemas dan mendapatkannya di antara para pendeta; yang kecerdasannya menonjol dan melebihi para gurunya dalam hal kebijaksanaan; dan yang berpuasa dan tergoda; bahwa dia mensucikan dirinya dengan mandi di sungai suci; dan beberapa muridnya dari seorang Brahmin yang bijaksana menjadi pengikutnya ketika dia memberitahukan kepadanya: “Ikutilah aku”, yang di antara para pengikutnya ada tiga model yang menyatu dan satu menindas yang lain; yang asal nama para pengikutnya setelahnya berubah; dan yang setelah mengajar mereka, dia mengutus para muridnya berdua-dua untuk mengajar ke seluruh dunia.
Lebih dari itu, kita dapati bahwa Buddha muncul dengan membawa kabar gembira dan ajarannya sangat menyerupai ajaran Yesus. Dia menyukai perkataan kalam-ibarat, bekerja keras, menyingkiri kekayaan duniawi, dan membela rasa kemanusiaan dan perdamaian, mengampuni salah seorang musuhnya, hidup membujang dan bertapa. Miskin dan tak berwarga-negara, dia mengembara dari satu tempat ke tempat lain, sebagai tabib, penyelamat, penolong, para musuhnya mendekatinya seperti lebih menyukai menemani orang-orang berdosa. Ketika dia menghadapi sakaratul-maut, dia berkata bahwa dia akan pulang ke rumah, ke langit, dan dalam ucapan selamat tinggalnya, dia menasihati para muridnya untuk mengumumkan akan kehancuran dunia ini. Kematiannya ditandai oleh tanda-tanda ajaib: bumi berguncang, di penjuru dunia yang jauh berkelebatan kilat, matahari menjadi gelap, dan meteor pun jatuh dari langit. Segala hal-ihwal itu sehubungan dengan pernyataan kehidupan Buddha, dan semua itu sangat dekat sekali persamaannya dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Yesus.
Pada tahun 1899 muncullah penelaahan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang luar biasa: “Masih Hindustan Mein”, yang mengemukakan secara terperinci persamaan atara Buddha dan Yesus. Semua itu bagaikan dihakimi oleh pernyataan kehidupan mereka, banyak sekali didapati, dan penulis itu menggambarkan perhatian yang sangat serupa antara nama-nama yang berhubungan dengan Buddha dan yang berhubungan dengan Yesus. “Buddha” (nama aslinya ialah Sidharta Gautama) artinya “seseorang yang menerangi”, dan begitu pula Yesus memanggil dirinya sendiri “Cahaya Dunia” (Yahya 8:12). Yesus dipanggil “Guru” oleh para pengikutnya, dan Buddha pun dipanggil “Sasata” yang artinya sama. Kedua-duanya sama-sama dipanggil “pangeran dan “raja”. Yesus dipanggil “pelindung si lemah”. Buddha “pelindung orang yang tak mempunyai perlindungan” (Asarn Sarn). Masih banyak lagi corak yang saling berhubungan seperti itu.
Rhys David, di dalam buku “Buddhism”, mencatat bahwa ibunya Buddha dikatakan seorang perawan ketika dia melahirkannya, dan perempuan yang memiliki keluhuran dan kesucian. Di dalam Injil kita diberitahu akan kemuliaan yang sama pada diri Mariam, bunda Yesus.
Ia rupanya sama, kata Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, karena orang-orang Buddha di dalam kitab-kitabnya memproduksi kembali apa-apa yang terkandung di dalam Injil yang empat. Jelas seakali, bahwa persamaan antara apa yang dikemukakan Buddha dan apa yang dikemukakan Yesus adalah berlipat ganda; tetapi apa kesimpulannya yang dapat kita gambarkan dari sini? Secara alami pendapat itu bisa berbeda; sedangkan beberapa orang melihat Yesus telah dipengaruhi oleh agama Buddha (selama pengembarannya yang pertama ke India), lainnya lagi melihatnya seperti dialah yang mempengaruhinya.
Di antara golongan yang belakangan ialah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Dia dan orang-orang yang sependapat mengakui, bahwa ketika Yesus tiba di India, mungkin pada waktu itu para pendeta Buddha mereka mengira al-Masih itu seperti kemunculan Buddha baru. Gelar Yesus dan ajarannya menyerupai Buddha, dan dia berkulit putih bersih, sebagaimana Buddha Gautama menyatakan bahwa penggantinya nanti pasti akan begitu.
Atau apakah gela-gelar dan “ramalan-ramalan” yang belakangan itu suatu hal yang baru? Sejarah kehidupan Buddha tidak pernah mulai ditulis hingga zaman Yesus, maka menurut teori, para pendeta pun pasti dapat menjelaskan perihal Buddha apa pun yang mereka sukai. Sudah tentu banyak sekali ajaran akhlak agama Buddha sebelum periode ini; tetapi kata mereka yang mengakui pengaruh Kristen pada agama Budhha, aspek-aspek kehidupan sang Buddha dan ajarannya, sbagaimana dikisahkan dalam Injil, pokok utamanya pasti berasal dari masa tinggalnya Yesus di India. Semua itu, kata mereka: Kepergian Buddha ke Benares, di sana dia mengamalkan mukjizat-mukjizat, khutbah di gunung menyerupai Yesus. Ada berbagai perumpamaan, di mana pokok pembicaraan masalah rohani diuraikan setiap hari, dan bahkan pernah membicarakan sepuluh perintah, yang ini mengingatkan kembali akan Sepuluh Perintah Nabi Musa. Ayat-ayat ajaran Buddha (lihat Sir Monier Williams, dalam “Buddhism”, hal. 126) seperti berikut:
1.Janganlah kamu membunuh binatang yang hidup.
2.Janganlah kamu suka mencuri.
3.Janganlah kamu suka melakukan zina.
4.Janganlah kamu suka berbohong.
5.Janganlah kamu suka minum minuma keras kelewat batas.
6.Kamu harus makan hanya di waktu yang sudah ditentukan saja.
7.Janganlah kamu suka memakai kalung, perhiasan dan wangi-wangian.
8.Janganlah kamu suka tidur ditempat yang tinggi, di tempat tidur yang mewah, namun tidurlah di atas lantai yang digelari tikar.
9.Janganlah kamu suka menari, menyanyi, bermain musik atau menghadiri pertunjukkan yang bersifat duniawi.
10.Janganlah kamu menumpuk-numpuk emas dan perak dalam bentuk apa pun dan jangan pula suka menerima itu.

Naskah-naskah Buddha mengatakan, bahwa Buddha Gautama meramalkan bahwa dia menjadi pengganti Maitreya. Banyak sekali ramalan-ramalan yang mengarah kepada Maitreya (nama orang yang terdiri dari “mitra” yang artinya “kawan”) tempat tibanya di bagian jauh di masa depan, tetapi itu menunjukkan, bahwa dia telah menanti sekitar 500 tahun setelah kematian Gautama. Ini pasti telah membawa kepada waktu kita ketika, sebagaimana telah kami lukiskan, Yesus sampai di Kashmir setelah pengembaraan ke Timur yang kedua kali. Ramalan-ramalan mengenai Maitreya yang terdapat di dalamnya, di antara karya-karya lainnya, “Langgawati Sutatta”, “Pitakkatayan” dan “Atha Katha”. Dia membicarakan seperti “Bagwa Maitreya” – “Maitreya Putih”, yang menunjukkan bahwa dia berkulit bersih, seperti Yesus. Dikatakan juga bahwa dia akan datang dari luar negeri.

Nama Maitreya mungkin asal-usulnya berhubungan dengan bahasa Ibrani Mashiahh (“Messiah” – “Masih” artinya “meminyaki” atau “mengurapi”). Dalam hubungan ini, penting sekali untuk dicatat, bahwa dalam buku-buku agama Buddha berbahasa Tibet yang sudah tujuh abad lamanya berisi nama Mi-Shi-Hu, nampaknya ini menunjukkan pada Yesus. Data yang lebih konkrit lagi mengenai teks-teks buku atau kitab tersebut bisa didapati di dalam “A Record of the Buddhist Religion”, oleh I. Tsing.
Di dalam bukunya: “Buddhism”, Sir Monier Williams menulis (halaman 45), dikatakan bahwa enam murid Buddha ada seorang yang dinamakan Yasa – satu nama yang muncul dengan kata lain dari “Yasu” (Yesus). Begitu pula, Doktor Hermann Oldenberg di dalam bukunya: “Buddha”, mengatakan, bahwa di dalam bab pertamanya buku “Mahawaga” dikatakan bahwa pengganti Buddha pasti seorang yang bernama Rahula, yang juga dilukiskan sebagai seorang pengikut. “Rahula” serumpun dengan “Ruhullah” yang di dalam bahasa Ibrani adalah salah satu gelar Yesus.

KETURUNAN IBRAHIM


Oleh : Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

Orang Yahudi, yang kemudian juga orang Kristen (Protestan
dan, Katolik) mempunyai kepercayaan bahwa Messias atau
penyelamat dunia, Juru Selamat; adalah berasal dari
keturunan Ibrahim, keturunan Daud. Sadar akan kepercayaan
ini, maka Mateus pada permulaan Injil-nya menulis bahwa
Yesus adalah keturunan Ibrahim, keturunan Daud. "Inilah
sisilah Yesus Kristus, maka Daud, anak Ibrahim " (Mt. 1: 1).
Sedangkan silsilah itu ternyata merupakan sesuatu yang
dipaksakan. Perhatikanlah: setelah Mateus menyuguhkan kepada
kita deretan nama-nama yang merupakan deretan keturunan
Ibrahim dalam Injilnya pada pasal 1 ayat 2 sampai dengan 15,
maka pada ayat ke 16, Mateus menulis: "Yakub memperanakan
Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut
Kristus.

Kalau kita perhatikan dengan baik, maka yang menjadi
keturunan Ibrahim adalah Yusuf bukan Maria, Padahal orang
Kristen mengimani bahwa Yesus tidak lahir dari "hubungan"
Yusuf dan Maria. Jadi jelas bahwa Yesus sendiri menurut
Mateus adalah bukan keturunan Ibrahim, keturunan Daud.

Menurut kepercayaan orang Kristen bahwa Penyelamat dunia
akan lahir dari anak Ibrahim. Ibrahim sendiri beranak 2 dari
2 orang isteri pula, yakni Sara dan Hagar. Tetapi umat
Kristen menekankan bahwa anak Ibrahim yang syah adalah
Ishak, yang lahir dari Sara: sedang Ismail bukanlah anak
Ibrahim yang syah karena lahir dari seorang budak, jadi
tidak mungkin Juru Selamat Dunia lahir dari keturunan
Ismail. Betulkah Ismail bukan anak Ibrahim yang syah?

Sebagai dasar untuk membuktikan bahwa hanya Ishak yang
merupakan anak Ibrahim yang syah, umat Kristen mempergunakan
Kitab Kejadian 22: 2, Firman-NYA: "Ambillah anakmu yang
tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak." Apakah
Ismail bukan anak Ibrahim yang syah? Hal ini nyata dibantah
sendiri oleh Kitab Kejadian pasal 21: 13: "Tetapi keturunan
dari hambamu itu (Ismail) juga akan KU-buat menjadi suatu
bangsa, karena iapun anakmu."

Bangsa Yahudi (Israel) mempercayai bahwa mereka adalah
bangsa pilihan dimana sejarah penyelamatan manusia akan
selalu bersumber kepada dan dari bangsa itu. Jadi menurut
kepercayaan mereka Juru Selamat Dunia akan datang dari
bangsa Israel. Tetapi apakah keturunan Ibrahim itu hanya
yang lahir sebagai anak- anak Ishak? Rupanya hal ini
dibantah sendiri oleh Yesus Kristus: "Dan janganlah mengira,
kamu dapat berkata dalam hatimu: Ibrahim adalah bapa kami.
Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan
anak-anak Ibrahim dari batu-batu itu." (Mateus 3: 9).

Jadi jelaslah bahwa keturunan Ibrahim bukan saja yang lahir
sebagai anak-anak Ishak tetapi juga dari batu-pun bisa jadi
keturunan Ibrahim, lebih-lebih anak-anak Ismail yang nyata
diakui dalam Kiitab Kejadian.

Kalau Juru Selamat Dunia harus lahir sebagai keturunan
Ibrahim maka tentu tidak menutup kemungkinan bahwa Juru
Selamat itu adalah lahir dari garis Ismail. Tetapi kalau
juga ditentukan bahwa Juru Selamat itu lahir dari garis
Ishak, tetapi apakah Juru Selamat itu juga harus "Anak
Daud?" Hal itupun akan ditinjau pada pasal-pasal berikut.

KAIN KAFAN TURIN


Oleh : A. Faber Kaiser
Sejak tahun 1969, Professor Max Frie, seorang ahli kriminologi yang termasyhur dan menjabat Direktur Laboratorium Kepolisian Zurich, telah memeriksa “Kain Kafan” dari Turin untuk meneliti serbuk-serbuk yang melekat padanya, dan, setelah bertahun-tahun mengadakan penganalisaan secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan modern mutakhir, akhirnya dapat menemukan gambaran yang mendetail mengenai sejarah dan asal-usul Kain Kafan tersebut. Khususnya dia telah menemukan benih-benih yang sangat kecil yang terdiri dari biji-bijian yang sudah memfosil. Setelah mengadakan pengujian secara teliti, ternyata biji-bijian tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan yang hanya terdapat di Palestina saja sekitar 20 abad yang lampau. Dari hasil penemuan ini dia kini tidak ragu-ragu lagi akan keaslian Kain Kafan tersebut yang juga kain itu membawa bekas biji-bijian dari tumbuhan-tumbuhan di daerah sekitar Constantinople dan Laut Tengah. Biji-bijian yang terdiri dari limabelas macam tumbuh-tumbuhan yang berlainan telah ditemukan juga di Kain Kafan itu, yakni, enam berasal dari daerah Palestina, satu dari daerah Constantinople, sedangkan yang delapan macam lagi berasal dari daerah sekitar Laut Tengah.

Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut yang dimulai tahun 1969 dan atas perintah Gereja, dicatat oleh suatu press telah disebarkan permulaan tahun 1976 mengatakan:

“Setelah diadakan penelitian selama tujuh tahun mengenai Kain Kafan yang membungkus tubuh (Kristus), banyak para sarjana mendapat kesimpulan bahwa Yesus telah dibawa ke makam dalam keadaan masih hidup. Para ahli menguatkan pernyataan itu, bahwa Kain Kafan Suci yang disimpan di Turin tersebut diselimutkan ke tubuh orang yang disalib, yakni, yang menderita itu sungguh sama seperti apa yang diderita oleh Yesus, tetapi dinyatakan bahwa, orang yang disalib itu tidak mati di kayu salib, melainkan dikemakamkan sewaktu ia masih hidup. Duapuluh delapan noda darah di kain itu membuktikan hal ini. Para peneliti tersebut meyakinkan kita bahwa mayat yang dibungkus kain kafan pasti tak akan mengalirkan darah semacam itu. Yesus dikemakamkan dalam keadaan masih hidup, jika tidak, maka pasti ada Yesus yang kedua dan ia telah sama-sama menderita menghadapi sakaratulmaut”.

Mengenai catatan-catatan Kain Kafan Turin tersebut kembali ke abad sembilan, ketika itu berada di Yerusalem. Pada abad keduabelas ada di Constatinople, dan pada tahun 1474, setelah dalam waktu yang singkat ada di Belgia, kain itu menjadi milik Rumah Keselamatan. Kain itu pernah rusak terbakar pada tahun 1532 dan tiga tahun kemudian dipindahkan ke Turin. Dari tahun 1536 sampai 1578 dipindahkan ke Vercelli, lalu ke Milan, lalu ke Nice dan kembali lagi ke Vercelli, kemudian ke Chambrey, kemudian dikembalikan lagi ke Turin pada tahun 1706 (yang selama tahun itu kain tersebut pernah dipindahkan ke Jenewa dalam waktu yang tidak lama). Pada tahun 1946, Hubert II dari Bala Keselamatan mempercayakan Kain Kafan itu kepada Uskup di Turin untuk dirawat, tetapi tanpa diserahkan dengan baik kepada si pemilik Kain itu.

Foto-foto pertama dari Kain Kafan itu diperoleh pada tahun 1898. Foto-foto resminya telah diambil oleh G. Enrie pada tahun 1931 ketika penelaahan kain itu dimulai.

Ukuran Kain Kafan tersebut adalah: Lebar 3 kaki 7 inchi (110 cm) dan panjang 14 kaki 3 inchi (436 cm). Menurut pendapat Mr. Ricci, seorang ahli tehnik di Vatikan, tapak tubuh yang membekas di Kain Kafan tersebut menunjukkan tubuh yang berukuran tinggi 5 kaki 4 inchi (162 cm). Namun Proffesor Lorenzo Ferri, seorang ahli pemahat patung dari Roma, telah mengukur panjang tubuh yang diselimuti kain itu yaitu hampir 6 kaki 2 inchi (187 cm).

Pada tahun 1957, buku Kurt Berna yang berjudul “Jesus nicht am Kreuz gestorben” (Yesus tidak wafat di kayu salib) muncul. Berna adalah seorang Katolik dan Sekretaris Institut Jerman di Stuttgart, yang sejak beredarnya foto-foto G. Enrie, telah mempelajari Kain Kafan tersebut secara intensif. Hasil-hasil penelaahan itu telah disebar-luaskan oleh Berna sendiri dalam bentuk dua buku, yakni: “Das Linen” (Kain Kafan) dan “Jesus nicht am kreuz gestorben”. Buku-buku tersebut, khususnya yang kedua, pada waktu penyebarannya telah menggemparkan dan menjadi ajang pertentangan yang sungguh hebat.

Pada tanggal 26 Februari 1959, Berna menulis sepucuk surat kepada Paus John XXIII memohon kepadanya untuk membentuk suatu panitia para dokter untuk menyelidiki Kain Kafan tersebut, dan tujuannya adalah untuk mengakhiri pertentangan mengenai persoalan tersebut.

Permohonan pertama ditolak, langsung melalui utusan Paus di Jerman; tetapi pada tahun 1969, Vatikan membentuk panitia yang hasilnya telah kita lihat di muka tadi, yang pada kesimpulannya adalah sama seperti apa yang dikehendaki oleh Berna.
Berikut ini adalah surat Berna kepada Paus John:
Paduka yang mulia,

Dua tahun yang lalu, Lembaga Penelitian Kain Kafan Suci Jerman telah mempersembahkan hasil-hasil penelaahan Kain Kafan yang disimpan di Turin kepada Paduka dan masyarakat luas.

Selama duapupuh empat bulan yang lalu itu, para ahli yang berbeda dari berbagai Universitas di Jerman telah berusaha untuk tidak membenarkan penemuan-penemuan yang luar biasa itu, tetapi mereka gagal. Walaupun begitu, mereka berdalih bahwa ilmu pengetahuan mereka memungkinkan mereka dengan mudah untuk tidak membenarkan kesimpulan-kesimpulan kami, namun akhirnya mereka mengakui kalah dan sekarang mereka mengakui kembali dan bahkan menyetujui sahnya penelaahan ini; dan memang hal ini penting sekali bagi kedua agama, yakni Yahudi dan Kristen. Kirangan sangat berlebihan dan tidak pada tempatnya di sini untuk menyebutkan berapa banyak komentar-komentar yang timbul di berbagai media massa internasional.
Karena tak seorang pun dapat mengingkari dengan yakin akan hasil-hasil penelitian tersebut, maka Lembaga yakin bahwa penemuan-penemuan tersebut akan menimbulkan tantangan terbuka bagi seluruh dunia. Telah terbukti dengan meyakinkan, bahwa Yesus Kristus telah dibaringkan di Kain Kafan itu, setelah penyaliban dan pencabutan mahkota duri.

Penelaahan-penelaahan telah menetapkan dengan begitu pasti bahwa tubuh orang yang disalib itu telah diselimuti dengan kain itu dan dibiarkan beberapa saat lamanya. Dari sudut pandang ilmu kedokteran, telah terbukti bahwa tubuh yang dibaringkan di Kain Kafan itu tidak mati karena jantungnya masih tetap berdenyut. Bekas-bekas darah mengalir, keadaan ini dan secara alami, memberikan bukti ilmiah bahwa apa yang dinamakan hukuman mati itu benar-benar tidak sempurna.
Penemuan ini menggambarkan, bahwa apa yang diajarkan Kristen masa kini maupun yang dahulu tidaklah benar.

Paduka, ini adalah kesaksian ilmu pengetahuan. Tak dapat diingkari, bahwa penelaahan Kain Kafan Suci sekarang ini sangat penting sekali artinya, karena melibatkan ilmu pengetahuan (science) dan bukti sejarah. Foto-foto Kain Kafan Suci yang telah dipersiapkan pada tahun 1931 dengan izin Paus Pius XI yang tegas, menambah lengkapnya perbendaharaan untuk membuktikan benar tidaknya hasil-hasil penelaahan saat ini. Untuk membuktikan bila hal itu tidak benar, maka di sini penting sekali mengemukakan pengujian-pengujian berikut ini: a). menggunakan percobaan kimia modern (yang dianalisa oleh miscroscope dan dengan penelaahan-penelaahan semacam itu) pada bekasbekas darah yang menetes yang terdapat di Kain Kafan Suci tersebut yang dihasilkan oleh hentakan-hentakan jantung yang masih tetap berdenyut. b). pengujian menggunakan sinar “X” dan sinar infra merah serta sinar ultra-violet maupun dengan menggunakan metode-metode modern lainnya. c). didata dengan peralatan jam atom dan metode karbon 14. Untuk menganalisa kain kafan dengan tepat, hanya diperlukan 300 gram. Ini tak akan merusak Kain Kafan Suci, ia hanya memerlukan carikan 2 cm saja lebarnya dari sisi kain itu, yang panjang kain itu 4,36 meter. Dengan cara ini, bagian-bagian penting dari kain itu tidak akan rusak seluruhnya. Tak ada seorang Kristen pun di dunia ini, kecuali Paduka tentunya sebagai seorang Paus Gereja, yang dapat mengurus barang pusaka suci itu. Hasil-hasil penelaahan Lembaga dan perwakilan-perwakilan lain yang hanya dapat menolak, apabila pengujian-pengujian ilmu pengetahuan diselenggarakan. Saya tidak mengerti, mengapa Gereja tidak mau memberi izin terhadap penelaahan-penelaah Kain Kafan Suci itu. Saya tidak percaya bahwa hal itu akan menyebabkan Gereja merasa takut: Mengapa harus begitu? Lembaga pun tidak perlu merasa takut, sebab hal itu mengemukakan penelaahan-penelaahan yang tulus dan suci, ia menggunakan metodemetode yang berlaku. Dengan keyakinan penuh, kami dapat menyatakan bahwa tak seorang pun bahkan di dunia ini yang tidak dapat membenarkan penemuan-penemuan itu, yang menimbulkan tantangan terbuka pada Lembaga.

Sebagaimana telah digambarkan, hanya dengan menunjukkan benar atau tidaknya fakta-fakta dan analisa-analisa ilmu pengetahuan saja yang dapat melengkapi hasil-hasil yang diharapkan.

Mengingat penelaahan yang luar biasa ini, kami dengan rendah hati memohon kepada Paduka untuk memberikan perhatiannya, dengan demikian Gereja dapat membawa perkara itu kepada suatu kesimpulan. Sejumlah para pengikut Gereja dan masyarakat lain mereka siap untuk menjawab panggilan apabila Gereja berkenan.

Atas nama Lembaga Penelitian Kain Kafan Suci Jerman dan rekan-rekan yang berkepentingan dalam penelitian ini, kami, sebagai penganut Katolik Roma, dengan ini memohon kepada Paduka untuk memberikan izin hal tersebut karena pentingnya bukti-bukti yang mungkin bisa diperoleh.

Salam takzim pada Paduka.

Kurt Berna,
Penulis dan Sekretaris Katolik
Urusan Lembaga Penelitian Jerman.

Sebelum mendiskusikan kehidupan Yesus setelah lukanya sembuh akibat penyaliban, saya akan menggaris-bawahi satu pandangan dari kesimpulan yang dicapai oleh Berna di dalam bukunya tersebut.

Berna mengatakan, analisa kain kafan tersebut meunjukkan bahwa, kepala dan tangan Yesus diletakkan lebih tinggi dari pada letak badannya. Andaikata Yesus telah wafat ketika dibungkus kain kafan tersebut, maka ini berarti tidak mungkin ada darah segar yang mengalir pada bagian-bagian tersebut yang meninggalkan bekas pada kain kafan itu. Oleh karenanya, Berna mempertahankan pendiriannya, bahwa kain itu meninggalkan bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka yang disebabkan mahkota duri yang dipasang oleh orang-orang Romawi di seputar kepala Yesus, yang mencemoohkan sebagai “Raja Yahudi”, kemudian suatu ketika tubuh itu diturunkan dari kayu salib dan “mahkota” itu pun dicopot, maka luka-luka yang disebabkan oleh duri-duri tersebut mulai berdarah. Apabila Yesus telah wafat saat itu, maka semua darah pasti membeku di bagian bawah badannya. Sudah merupakan hukum alam, asalkan jantung terus-menerus memompa, maka darah pun akan terus beredar bahkan sekalipun dalam keadaan hampa udara. Apabila saat itu jantung berhenti berdenyut, maka darah pun akan berhenti beredar dan akan mulai kembali ke urat-urat, pembuluh-pembuluh darah di permukaan kulit akan segera mengering, dan rupa pucat kematian pun akan nampak di tubuh. Jadi, darah segar pasti tak akan mengalir dari luka-luka di kepala Yesus jika jantungnya berhenti berdenyut, ini adalah bukti medis, bahwa Yesus tidak wafat ketika beliau dibungkus kain kafan itu. Mungkin beliau tidak bernafas dan nampaknya seperti mati; tetapi bilamana jantung tetap berdenyut, dalam keadaan demikian ini, seseorang bisa hidup kembali dengan perawatan medis yang intensif.

Garis tipis pada kain kafan tersebut menunjukkan darah yang berasal dari luka tangan yang dipaku mengalir sepanjang lengan kanan ketika paku itu dicabut. Terlihat, bahwa darah itu segar dan membasahi kain kafan itu, ini menambah lengkapnya bukti, bahwa jantung Yesus masih tetap aktif ketika beliau diturunkan dari kayu salib.

Kain Kafan itu juga menambah lengkapnya bukti dimana tombak yang digunakan prajurit Romawi untuk menguji apakah Yesus sudah wafat atau belum, ia menancap dan jatuh dari tubuh beliau. Bekas-bekas darah menunjukkan, bahwa tombak menembus dada sebelah kanan, di antara tulang rusuk yang kelima dan keenam dan menerobos ke sebelah atas lengan kiri dan membuat sudut 20 derajat. Oleh sebab itu, tombak tersebut lewat dekat jantung tetapi tidak melukainya, “darah dan air” yang dinyatakan dalam Injil Yahya (19:34) memberikan bukti kepada kita, bahwa darah itu mengalir dari luka dan bukan dari jantung. Ini menunjukkan bahwa jantung masih tetap berdenyut sekalipun lemah, dan karenanya Yesus masih tetap hidup.

Namun Paulus mencatat dan menjadikan doktrin, bahwa Yesus mati disalib dan kemudian bangkit kembali, dan doktrin inilah yang diperkuat oleh Gereja Kristen. Oleh sebab inilah, hasil-hasil penelitian Kain Kafan Turin membuat Gereja dalam keadaan serba sulit, dan akibatnya pada tanggal 30 Juni 1960, Paus John XXII mengeluarkan maklumat yang dicetak koran Vatikan: “L’Osservatore Romano” pada tanggal 2 Juli, dengan judul: “Keselamatan Sempurna Tubuh Yesus Kristus”. Dalam hal ini Paus menyatakan kepada para Uskup Katolik yang mengakui dan menyebarkan berita-berita ini, bahwa keselamatan sempurna umat manusia adalah akibat langsung dari darah Yesus Kristus, dan kematiannya akhirnya tidaklah dianggap penting.