TRINITAS

Sabtu, 02 Januari 2010
Oleh : Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

Dogma yaag terbesar dalam Agama Kristen, baik Protestan
maupun Katolik adalah tentang: TRINITAS. Kepadanya semua
ajaran dan dogma yang ditetapkan kemudian tergantung. Yang
dimaksud dengan Trinitas ialah suatu kepercayaan bahwa Tuhan
adalah satu dalam tiga pribadi, yakni Allah Bapa, Allah
Putera (anak) yaitu Yesus Kristus dan Roh Kudus.

Dogma tentang Trinitas baru dirumuskan dalam abad ke IV
dalam suatu Konsili di Nicea. Konsili itu diikuti oleh para
Uskup, Theolog kenamaan dan banyak Sarjana Gereja. Keputusan
Konsili itu dirumuskan dalam 12 Sahadat para Rasul, di mana
dirumuskan bahwa ketiga pribadi dalam Allah yang satu itu
adalah sejajar, walaupun digunakan istilah Bapa dan Anak;
Dalam doa litani Umat Katolik sebutan Trinitas dirumuskan
dengan kata-kata: "Allah Tritunggal Kudus Tuhan Yang Maha
Esa."

Rumusan Konsili Nicea abad ke IV tentang TRINITAS itu
mendasarkan pada ucapan Yesus Kristus sendiri dalam Injil
Mateus 28: 19 "Karena itu pergilah, jadikan semua bangsa
murid-KU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus "

Tetapi apakah benar bahwa ucapan Yesus itu dimaksudkan oleh
Yesus sendiri untuk mengajar bahwa dalam Allah yang Esa itu
terdapat tiga pribadi, sebab Yesus sendiri secara explicit
tidak pernah mengatakan hal itu.

Apakah pengakuan orang Kristen tentang Allah tidak
bertentangan dengan Ke-ESA-an Allah itu sendiri? Umat
Eristen sendiri sulit untuk menjelaskannya; karena itu
mereka selalu melarikan diri pada jawaban: misteri Tuhan
yang sulit diungkapkan." Bahkan untuk memperkuat jawaban
itu, mereka selalu menceriterakan kisah Agustinus, Uskup
Hipo yang juga pernah mengalami kebimbangan tentang
TRINITAS. Untuk memecahkan hal itu Uskup Agustinus
berjalan-jalan di tepi laut. Di situ Agustinus bertemu
dengan seorang anak kecil yang sedang membuat sumur-sumuran
dengan menggali pasir di tepi laut itu. Uskup Hipo itu
bertanya: "Untuk apakah sumur-sumur itu, nak?" Anak itu
menjawab, "Saya akan memasukkan semua air laut ke dalam
sumur ini." Akhirnya, Agustinus mengambil kesimpulan,
misteri Tuhan adalah begitu luas seperti luasnya samudera
yang tak kelihatan tepinya; sedang otak manusia hanya
terbatas seperti sumur-sumuran yang dibuat oleh anak kecil
itu. Jadi tidak mungkin kita dapat mengerti dengan jelas
misteri Allah; oleh karena itu walaupun Trinitas merupakan
hal yang sulit, terimalah saja seperti itu,

Marilah kita membuka halaman pertama dari Al-Kitab, pada
Kitab Kejadian (Genesis = Purwaning Dumadi) pada pasal yang
pertama. Pada Kejadian 1:26, kita baca: Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita " Dalam anak ayat yang sependek itu kita menjumpai 2
kata "kita," sebagai kataganti untuk Allah. Bukankah dengan
kata "kita" terkandung pengertian ada lebih dari satu Allah?
Mungkinkah kataganti untuk Allah memang dipakai kata "kita"?
Tetapi kalau kita membuka lebih lanjut pada Kejadian 1:29
kita baca : Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, AKU memberikan
kepadamu." Mengapa di sini dipakai kata AKU untuk ganti
Allah? Bukankah dengan melihat kenyataan ini kita bisa
menarik kesimpulan bahwa memang sungguh ada lebih dari satu
Allah?

Sekarang yang hendak kita persoalkan ialah Sabda Yesus pada
Injil Mateus 28: 19; siapakah sebetulnya Bapa, Anak dan Roh
Kudus seperti sabda Yesus dalam Mateus 28: 19? Sering orang
Kristen mengatakan bahwa pengertian Umat Islam tentang Allah
masih kurang lengkap, sebab orang Islam hanya mengenal Allah
Bapa saja. Baiklah, kita setuju saja dengan mereka bahwa
yang kita imani sebagai Allah adalah Allah Bapa seperti yang
diimani oleh orang Kristen, tetapi siapakah anak dan
siapakah Roh Kudus?

Kalau kita membaca seluruh isi Perjanjian Lama, maka semua
Nabi dan orang Kudus pada waktu itu disebut sebagai Anak
Allah. Bahkan oleh Yesus sebutan "Anak Allah" itu diperluas
bagi mereka yang membawa damai. Dalam kotbah di bukit yang
kemudian terkenal dengan Delapan Sabda Bahagia Yesus
bersabda: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena
mereka akan disebut anak-anak Allah" (Mateus 5: 9).

Jadi jelas bahwa sebutan Anak Allah bukan monopoli pribadi
Yesus sendiri, tetapi untuk semua Nabi dan mereka yang
membawa damai, Yesus sendiri dalam Mateus 6:9 mengajar
murid-murid-NYA sebuah doa yang kemudian menjadi terkenal
dengan sebutan: "DOA BAPA KAMI." Dalam doa itu Yesus
mengajar kepada kita agar menyebut "Bapa" kepada Allah yang
ada di Surga. Hal ini nyata juga kalau kita perhatikan sabda
Yesus pada Mateus 15: 13. Jawab Yesus: "Setiap tanaman yang
ditanam Bapa-Ku" Dalam ayat itu Yesus menyebut Allah dengan
perkataan Bapa-KU, sedang di ayat lain Yesus menyebut Allah
dengan perkataan Bapa-mu (Mateus 10:20). Yesus sendiri
rupanya lebih senang dengan predikat "Anak manusia."
(Periksalah Injil Mateus pasal 16 keseluruhan).

Sekarang siapakah Roh Kudus itu? Untuk itu Yesus menjelaskan
sebagai berikut: "AKU (Yesus) akan minta kepada Bapa, dan IA
akan memberikan kepadamu seorang Ponolong yang lain, supaya
IA menyertai kamu, yaitu Roh Kebenaran (Injil Yohanes 14:
16). Jadi Penolong yang akan datang adalah seorang (tentunya
seorang manusia). Sedang sesuatu disebut Roh ialah jika ia
sudah mati atau belum lahir. Jadi jelaslah bahwa Penolong
yang dijanjikan Yesus adalah seorang yang belum lahir.
Siapakah dia? Mungkinkah Paulus? Baiklah, hal ini akan kita
tinjau lebih lanjut.

Bila kembali kepada ucapan Yesus pada Mateus 28: 19: ", dan
baptislah mereka dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, "
Apakah artinya baptis? Orang Yahudi mempunyai kepercayaan
bahwa Allah akan menyelamatkan setiap manusia. Tetapi dari
fihak manusia ada yang menerima penyelamatan dari Allah dan
ada yang tidak mau. Mereka yang mau menerima penyelamatan
itu diharuskan bertobat, dan sebagai tanda tobat mereka
dibaptis. Upacara baptis biasanya dilakukan di sungai dengan
mencelupkan kepala mereka ke dalam air. Upacara baptis
sekarang diteruskan oleh semua Gereja Kristen dan Katolik
sebagai lambang penerimaan mereka akan iman Kristen, hanya
caranya yang berbeda. Ada Gereja yang membaptis dengan
betul-betul mencelupkan kepala calon baptis di sebuah
sungai, ada yang hanya mencucurkan air pada salah satu
bagian tubuh yang biasanya adalah kepala.

Upacara baptis itu kemudian diakui sebagai Sakramen.
(Sakramen = setiap ucapan dan perbuatan Yesus yang
mendatangkan Rahmat). Jadi dapatlah disimpulkan bahwa baptis
ialah tanda bahwa manusia itu telah diselamatkan, karena
menurut kepercayaan umat Kristen pada waktu sekarang
dibaptis (= dipermandikan) semua dosanya dihapus.

Jadi ucapan Yesus dalam Mateus 28: 19: " dan baptislah
mereka dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dapatlah
diartikan, " selamatkanlah mereka dengan nama (ajaran) Allah
dan seorang nabi dan lebih-lebih ajaran seorang penolong
yang datang sesudah Yesus."

Tetapi siapakah "Penolong yang datang sesudah Yesus?"
Pauluskah? Karena Paulus adalah seorang pembaharu yang
datang sesudah Yesus. Pada peninjauan lebih lanjut kita akan
membahas siapakah Penolong itu.

0 komentar:

Posting Komentar